Yuk Berkunjung dan mengenal Sabang Pulau Weh
A. Pengantar
Ingat Sabang, ingat Merauke, setidaknya itu adalah rangkaian kata dalam lagu dari Sabang sampai Merauke. Namun bagi penulis secara pribadi berdasarkan pelajaran di SD, maka ingat Sabang Ingat Pulau Weh. Dan sampai saat ini masih terngiang-ngiang di telinga penulis penjelasan guru favorite penulis ketika di SD bahwa Sabang merupakan sebuah kota yang berada di Pulau Weh, pulau yang berbentuk huruf W, pulau yang terletak di ujung Barat Indonesia Dan sejak itu pulalah penulis ingin sekali melihat kota Sabang di Pulau Weh ini.
Alhamdulilah, akhirnya keinginan sejak di SD tersebut terkabul juga. Tepatnya pada hari Kamis 29 Desember 2016 penulis berkesempatan menginjak tanah paling Barat Indonesia ini dan bahkan sempat menginap semalam di Sabang Pulau Weh ini.
B. Apa, Di mana, Bagaimana, dan Mengapa Sabang Pulau Weh?
Mungkin ada yang bertanya, ada apa saja sih di Sabang Pulau Weh ini? Terus bagaimana cara untuk ke sini? Dan “mau ngapain” di sini? Jawabannya, ikuti cerita di bawah ini ya!
1. Pelabuhan Ulee Lhuee Banda Aceh Jembatan Menuju Surga Sabang
Bila ingin menuju Sabang Pulau Weh, maka Anda harus menuju ke Pelabuhan Ulee Lheue terlebih dahulu. Begitu juga dengan penulis dan rombongan, hanya dengan waktu 15 menit dari kota Banda Aceh Mobil Pariwisata yang kami tumpangi melaju dan tiba di Pelabuhan Ulee Lheue ini. Sesampai di lokasi, mobil yang kami tumpangi parkir di lahan parkir yang cukup luas yang memang tersedia di Pelabuhan Ulee Lheue ini.
Selanjutnya mobil tumpangan kami ini tinggal, sedangkan penulis dan rombongan berjalan menuju dermaga pelabuhan yang jaraknya cukup dekat dari tempat parkir. Setiba di dermaga, ternyata kapal cepat yang akan kami tumpangi telah siap sedia menunggu para penumpang yang akan menuju Sabang.

Kapal Express Bahari F2 telah siap sedia menunggu penumpang di Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh (Kamis 29 Desember 2016)

Dokumentasi Foto sebelum naik ke Kapal Express Bahari F2 di Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh (Kamis 29 Desember 2016)
Para pembaca, sebelum menceritakan Sabang dan Pulau Weh alangkah baiknya kita kenal dulu tentang pelabuhan Ulee Lheue ini ya!
Pelabuhan Ulee Lheue yang selama ini dikenal sebagai salah satu pelabuhan di Kota Banda Aceh memiliki luas yaitu sekitar 8 Ha dengan pembagian lahan untuk terminal penumpang sebagai bangunan utama, lahan parkir, dermaga kapal cepat, dermaga kapal lambat (ferry), kolam pelabuhan, dan lain-lain.
Pelabuhan ini juga meninggalkan sejarah bagi Aceh. Pada awal tahun 1900-an , Pelabuhan Ulee Lheue –yang oleh Belanda menjadi salah satu kawasan strategis. Dijadikan lokasi pendaratan pasukan. Pelabuhan ini sekaligus juga tempat berlabuhnya kapal-kapal dari berbagai negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura selain juga kapal-kapal Belanda. Di sekitar pelabuhan, Belanda membangun kamp militer, pertokoan para pedagang Cina juga ada sekitar Ulee Lheue. Tak heran jika pelabuhan Ulee Lheue dan sekitarnya menjadi salah satu kawasan yang cukup sibuk kala itu.
Setelah bencana tsunami yang melanda Provinsi Aceh sebagian besar pada tahun 2004, kondisi Pelabuhan Ulee Lheue hancur dan tak tersisa. Padahal saat itu pelabuhan ini juga sedang dalam tahap pembangunan beberapa gedung baru. Berbagai aktifitas penyeberangan saat itu sementara dialihkan ke pelabuhan terdekat yaitu di Pelabuhan Malahayati yang berlokasi di Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar yang juga rusak oleh tsunami. Akan tetapi, di Malahayati kondisi pelabuhan dinilai masih memungkinkan untuk mengoperasikan dermaga sebagai tempat bersandar kapal.
Awalnya Pelabuhan Ulee Lheue ini beroperasi melayani beberapa rute, seperti penyeberangan ke Pulau Sabang, Kota Lhokseumawe, Kuala Langsa, bahkan sampai ke Pelabuhan Belawan – Medan. Namun, setelah bencana tsunami tahun 2004, pelabuhan tersebut baru berperan sebagai penghubung utama antara Pulau Sumatera ke Pulau Sabang melalui Kota Banda Aceh dengan tiga hingga empat rute penyeberangan setiap harinya.
Dewasa ini, untuk pengelolaan dan pengembangan pelabuhan Ulee Lheue dinahkodai oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue (Dishubkominfo Pemko Banda Aceh) berkoordinasi dengan PT ASDP Banda Aceh dalam rangka peranan pelabuhan Ulee Lheue sebagai urat nadi penghubung antra Banda Aceh dan beberapa pulau terdekatnya.
Apabila wisatawan berniat untuk beriwisata ke Pulau Sabang ataupun beberapa pulau, seperti Rondo, ada baiknya mengenal jadwal operasional kapal di Pelabuhan Ulee Lheue:
Ulee Lheue – Pulau Aceh : Minggu, Selasa dan Kamis, pukul 16.00 WIB
Pulau Aceh – Ulee Lheue : Senin, Rabu dan Jumat pukul 07.00 WIB
Ulee Lheue – Balohan : setiap hari pukul 09.00 WIB
Balohan – Ulee Lheue : setiap hari pukul 14.00 WIB
(Catatan: Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu)
Adapun beberapa data mengenai pelabuhan :
Tahun Pembangunan : 2000
Pembangunan Kembali : 2005 (masih dalam tahap pembangunan dan pengembangan)
Kapasitas Dermaga : 1800 GRT
Kedalaman : ± 5,1 M
Jenis Dermaga : Dermaga Bergerak

Pemandangan yang indah telihat pada salah satu sisi dari Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh (Kamis 29 Desember 2016)

Pemandangan yang indah telihat pada salah satu sisi dari Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh (Kamis 29 Desember 2016)
2. Melintas Lautan Sepanjang Ulee Lheue-Sabang
Ini adalah lautan yang akan mengantarkan penulis dan rombongan untuk sampai ke Sabang. Lautan Ulee Lheu Banda Aceh hingga ke Sabang sebenarnya telah memasuki perbatasan dengan Selat Benggala. Ada fenomena mencolok yang dapat di lihat saat menyeberang dengan menggunakan kapal, yaitu kita dapat melihat bentuk pulau Sabang yang begitu tematik dari kejauhan. Kita juga dapat melihat perbedaan dua warna lautan yang terlihat masih pada lautan yang sama. Di satu sisi berwarna biru muda, sedangkan sisi lainnya berwarna biru tua tanpa bercampur satu dengan lainnya.

Pemandangan yang indah air laut membiru dan pulau yang menghijau telihat sepanjang lautan Ulee Lheue-Sabang (Kamis 29 Desember 2016)
3. Pelabuhan Balohan Pintu Masuk Sabang Pulau Weh
Pelabuhan Balohan adalah pintu masuk bagi Anda yang menuju ke Pulau Weh melalui jalur laut. Untuk menuju ke Pulau Weh – Sabang, Anda dapat menggunakan jalur transportasi laut dan udara. Untuk jalur laut ada 2 jenis kapal yang digunakan, yaitu Kapal Ferry (lebih dikenal dengan sebutan kapal lambat) dan Kapal Motor Express (lebih dikenal dengan sebutan kapal cepat).
Pelabuhan balohan ini adalah satu-satunya pelabuhan yang di gunakan untuk bersandarnya kapal penumpang dari Ulee Lheue – Banda Aceh. “SELAMAT DATANG DI KAWASAN PELABUHAN BEBAS SABANG”. Yah, itulah tulisan yang pertama Anda baca saat tiba di Pelabuhan Balohan, Karena pelabuhan di Sabang termasuk salah satu pelabuhan bebas seperti pelabuhan di Batam.

Dokumentasi Foto saat kapal yang kami tumpangi, Kapal Express Bahari 2F merapat ke Pelabuhan Balohan Sabang-Pulau Weh (Kamis 29 Desember 2016)
4. Pulau Weh
Pulau Weh Sabang yang secara administratif masuk wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini secara de facto bukan pulau paling barat dan utara Indonesia, tetapi sudah identik sebagai pulau dibagian paling barat dan utara Indonesia. Mirip dengan pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang menyandang nama sebagai pulau paling selatan Indonesia walau secara de facto masih ada pulau bernama Ndana yang berada disisi sebelah selatan pulau Rote. Bahkan lirik lagu perjuangan karya R. Surarjo yang berbunyi “Dari barat sampai ke timur, Berjajar pulau-pulau” pun atas rekomendasi presiden Soekarno diganti menjadi “Dari Sabang sampai Merauke, Berjajar pulau-pulau” . Tetapi istilah dari Sabang sampai Merauke sebenarnya dikeluarkan pertama kali oleh J. B. van Heutsz dengan memakai bahasa Belanda yaitu “Vom Sabang tet Merauke”. Istilah tersebut keluar setelah J. B. van Heutsz memproklamirkan kemenangan perang Aceh yang berlangsung dari tahun 1873 sampai 1904 sebagai bentuk hegemoni Belanda ketika mencengkram bumi Nusantara ini. Ditanggal 9 September 1997, wakil presiden yang kala itu dijabat oleh Tri Sutrisno meresmikan tugu Kilometer Nol disisi Barat Laut pulau ini tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u Sabang, yang semakin menguatkan kalau pulau ini benar berada ditapal batas.
Pualu ini dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindia di Barat. Pulau dengan luas 156,3 km² terdiri dari beberapa pulau kecil yang terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung yaitu Pulau Weh (121 km2), Pulau Rubiah (0,357 km2), Pulau Seulako (0,055 km2), Pulau Klah (0,186 km2), dan Pulau Rondo (0,650 km2).
Pulau Weh yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera ini berhadapan langsung dengan Laut Andaman dan dikelilingi oleh 4 pulau kecil lainnya yaitu Rondo, Seulako, Rubiah dan Klah. Di pulau yang luasnya 154 km2 ini hanya sedikit dijumpai dataran; sebagian besar adalah lahan berbukit-bukit dengan puncak tertinggi 617 meter dari permukaan laut.
Nama Weh yang berarti pindah, berasal dari peristiwa terpisahnya pulau tersebut dari daratan Sumatera akibat letusan gunung api yang terjadi puluhan ribu tahun lalu. Kini jejak-jejak keberadaan gunung api itu masih dapat kita lihat dari adanya batu-batu besar yang berserakan di seluruh pulau dan aktivitas vulkanik seperti semburan sulfur atau kolam lumpur panas di beberapa tempat tertentu. Pulau Weh sudah dikenal sejak tahun 1881. Ketika itu pemerintah Hindia Belanda menetapkan Sabang (kota terbesar di Weh) sebagai stasiun pengisian batu bara bagi kapal-kapal angkatan laut kolonial.
Lokasinya yang strategis di selat Malaka dengan kondisi perairan yang dalam dan terlindung, membuat Sabang sangat sempurna sebagai pelabuhan alam. Kemudian pada tahun 1895, Sabang resmi menjadi pelabuhan bebas yang melayani kapal-kapal dagang dan dikelola oleh pihak swasta bernama Sabang Maatschaappij. Sabang direbut oleh Jepang pada tahun 1942 ketika pecah perang dunia kedua dan menghancurkan berbagai fasilitas yang ada di sana. Oleh pemerintah Indonesia, Sabang ditetapkan sebagai daerah perdagangan bebas pada tahun 1970, tetapi ditutup pada tahun 1985 dan tahun 2000 dibuka kembali sebagai pelabuhan bebas. Pulau Weh dapat dicapai dengan menggunakan kapal cepat selama 45 menit dari Ulee Lheu-Banda Aceh.
5. Sabang
1. Sejarah
Berbicara mengenai sejarah, nama Sabang sendiri berasal dari bahasa arab, Shabag yang artinya gunung meletus. Mengapa gunung meletus? mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi dan Gunung berapi di dalam laut Pria Laot.
Kota Sabang adalah salah satu kota di Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling barat Indonesia, tepatnya di Pulau Benggala. Kota Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan. Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28 September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas potensi sumberdaya pesisir dan lautan Kota Sabang serta memberikan rekomendasi pemanfaatannya.
2. Geografis
Wilayah administrasi Kota Sabang, secara geografis, terletak di antara 95° 13′ 02″ dan 95° 22′ 36″ Bujur Timur, dan antara 05° 46′ 28″ dan 05° 54′ 28″ Lintang Utara. Dari segi geografis Indonesia, wilayah Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling barat, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand dan India. Batas-batas wilayah Kota Sabang sebagai berikut
Sebelah barat : Samudera Hindia
Sebelah timur : Selat Malaka
Sebelah utara : Selat Malaka
Sebelah selatan : Samudera Hindia.
Kota Sabang terdiri atas 5 (lima) buah pulau yaitu Pulau Weh (121 km2), Pulau Rubiah (0,357 km2), Pulau Seulako (0,055 km2), Pulau Klah (0,186 km2), dan Pulau Rondo (0,650 km2). Di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Aneuk Laot.
3. Demografi
Kota Sabang mempunyai jumlah penduduk 26.505 jiwa, yang terdiri dari 13.579 Laki-laki dan 12.926 Perempuan. Pada kecamatan Sukajaya terdapat 12.348 jiwa, yang terdiri dari 6.385 Laki-laki dan 5.963 Perempuan. Sedangkan pada kecamatan Sukakarya terdapat 7.194 Laki-laki dan 6.963 Perempuan, sehingga total penduduk pada kecamatan ini 14.157 jiwa. (BPS, 2003). Sedangkan menurut sensus 2004, penduduk Sukakarya berjumlah 14.116 jiwa. Kota Atas merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak dengan 3.979 jiwa (3.210 pada tahun 2000) sedangkan Iboih berpenduduk terkecil (575 pada 2004, 369 pada 2000). Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan. Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya.
4. Sosial Ekonomi
Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan. Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya. Infrastruktur utama yang ada di Kota Sabang saat ini adalah infrastruktur perhubungan darat yang berupa jalan. Jaringan jalan darat pada umumnya telah dapat menjangkau semua wilayah pemukiman di Kota Sabang dan daerah-daerah obyek wisata baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Saat ini Kota Sabang memiliki dua buah pelabuhan yaitu Pelabuhan Samudra (alam) di teluk Sabang dan Pelabuhan Ferry di teluk Balohan. Pelabuhan Samudra saat ini digunakan sebagai sarana Pelabuhan Bebas Sabang yang dapat dirapati oleh kapal-kapal besar dari berbagai negara
Selain Pelabuhan Ferry Balohan, dii Kota Sabang juga terdapat bandar udara Maimun Saleh, yang mempunyai jalur penerbangan utama ke bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.
7. Obyek Wisata di Sabang
Sabang, sebuah kota tua di Aceh berbentuk kepulauan yang menyimpan sejuta sejarah dan wisata bahari yang begitu menyenangkan. Menikmati pesona bahari Sabang telah menjadi pilihan masyarakat dunia untuk menghabiskan waktu liburan mereka tanpa harus memikirkan jarak yang mungkin terhitung jauh untuk ditempuh.
Sabang menjadi sebuah pulau yang sengaja diciptakan Tuhan untuk terperangkap dalam haluan perbatasan dua selat dan satu samudera, yaitu Selat Benggala, Selat Malaka serta tepian pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan lautan Andaman. Menikmati pantai di Sabang adalah cara lain bagi kita untuk menikmati pemandangan hamparan lautan lepas tanpa batas, ataupun sekedar melihat banyaknya pegunungan yang menghalangi deburan ombak lautan dari ketinggian Kota Sabang.
Sabang sejak didirikannya oleh Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah kapal-kapal Besar belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk dijual ke Eropa. Kota sabang memiliki banyak potensi pesisir dan lautan yang perlu dikembang untuk di masa sekarang dan masa depan. Kota Sabang sebagai ODTW Bahari memiliki tempat-tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain: Pulau Weh dan Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulako’s Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro.
Berikut ini potensi obyek wisata alam (nature tourist attraction) di Kawasan Sabang yaitu Taman Laut Pulau Rubiah, Pantai Iboih, Pantai Gapang, Pantai Paradiso, Pantai Tapak Gajah, Pantai Nipah, Pulo Aceh, Atraksi Alam Lumba-lumba, Atraksi Alam Ikan Pari, Pantai, Pasir Putih Lhung Angen, Danau Aneuk Laot, Air Terjun Pria Laot, Air Panas Gunung Merapi Jaboi, Air Panas Keuneukai dan Tugu KM “0. Pengembangan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang, Perikanan serta pariwisata akan mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan masyarakat di Kota Sabang.
8. Mobil Sewa di Sabang
Bagi anda yang berkunjung ke pulau Sabang dan membutuhkan kendaraan untuk berkeliling menikmati keindahan pulau eksotis sabang dan mengunjungi tempat wisata pulau sabang. Begitu banyak jasa sewa mobil murah di Sabang, bahkan anda akan mendapat banyak tawaran sewa mobil begitu sampai di pelabuhan atau bandara.
9. Tempat Makan di Sabang
Rumah makan / warung kopi / cafe di Sabang tersebar di kota dan di tempat lokasi wisata. Di kota Sabang, sebagaian besar terdapat di Jalan Perdagangan

Dokumentasi foto saat santap siang di salah satu tempat makan Sabang-Pulau Weh (Kamis 29 Desember 2016)
10. Tempat Menginap di Sabang
Tempat menginap juga tersedia, dan tersebebar di lokasi-lokasi wisata seperti di Pantai Iboih dan Pantai Gapang terdapat penginapan dengan tarif yang beragam, mulai yang murah hingga yang mahal. Penginapan tersebut ada milik pemerintah, pengusaha, serta milik penduduk setempat.
Perihal tempat menginap ini, atas izin Allah penulis dan rombongan sempat bermalam di Sabang. Sebenarnya tak ada agenda untuk bermalam di Sabang, namun karena cuaca ekstrim dan gelombamg laut yang tinggi, maka diputuskan untuk menginap. Alhamdulillah berkat “guide” yang memandu rombongan kami, tanpa kesulitan kami mendapat tempat bermalam di rumah penginapan “Tapak Gajah”. Dan Alhamdulillah sewanya pun tidak mahal, Rp1.000.000 untuk 9 kamar, di mana satu kamar berisi maksimal 3 orang. Meski harganya murah, namun kamarnya nyaman dan bersih. Mengapa sewanya murah, mungkin bisa jadi karena tempat terletak agak ke perkampungan, suasananya pun masih asli. Begitu juga dengan harga jual barang-barang di warung sekitar penginapan sama seperti harga normal di Padang, tidak mahal-mahal seperti di tempat wisata-wisata di kota Sabang yang telah kami kunjungi.

Air laut yang menghitam karena cuaca ekstrim terlihat jelas dari Penginapan Tapak Gajah Kota Sabang Pulau Weh (Kamis, 29 Desember 2016)
11. Toko Souvenir di Sabang
Bagi yang ingin membeli oleh-oleh, maka toko souvenir tersedia di Sabang, baik di semua tempat lokasi wisata, serta di kota Sabang. Hanya saja sesuaibsaran “guide” kami membeli oleh-oleh yang ada khas “Sabangnya” tak apa membeli di Sabang, sebab bisa jadi tak ada dijual di daerah lain. Namun, kalau hendak membeli oleh-oleh khas Aceh, lebih baik beli di Kota Banda Aceh. Sebab, harga-harga di Sabang mahal. Sebagai contoh bros di Sabang harganya Rp100.000, srdangkan di Banda Aceh hanya Rp.55.000. Tapi menurut penulis mahalnya harga di Sabang bisa dimaklumi secara ekonomi, karena jarak yang jauh dari daerah lain tentunya menambah beban biaya.

Dokumentasi foto saat berburu souvenir di salah satu toko Souvenir Sabang-Pulau Weh (Kamis 29 Desember 2016)
C. Penutup
Itulah selintas tentang Sabang Pulau Weh dan beberapa tempat yang bisa dikunjungi saat berada di Sabang, masih banyak lagi yang bisa kita kunjungi tergantung seberapa lama waktu liburan kita. Jadi sudah ada gambaran kan tentang Apa, Bagaimana, dan Mengapa di Sabang. Sedangkan cerita lebih detil terutaa untuk tempat wisata akan diuraikan secara tersendiri masing-masingnya. Sebab ada banyak cerita lain yang akan penulis lanjutkan pada postingan berikutnya. Sampai disini dulu ya, Semoga Bermanfaat.
Referensi
Tersedia “Ada Apa Sih di Sabang” http://www.medanwisata.com/2015/09/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 09.32
Tersedia “Pelabuhan Balohan Sabang” http://www.pulauwehaceh.com/2015/03/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 12.39
Tersedia “Pelabuhan Ulee Lheue Urat Nadi Sabang-Banda Aceh” http://www.gerak-an.com/2015/09/10/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 09.50
Tersedia “Potensi Sumberdaya Pesiair dan Laut “http://www.yarjohan.com/2009/05/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 10.32
Tersedia “Sabang Menikmati Tepian Dua Selat dan Satu Samudera” http://helloacehku.com/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 10.17
Tersedia “Sejarah Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh”http://acehtourismagency.blogspot.co.id/2012/11/Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 09.55
Tersedia “Sejarah Asal Nama Sabang dan Pulau Weh”
http://acehdalamsejarah.blogspot.co.id/2009/09/ Diakses Senin 16 Januari 2017 Jam 12.12
Tersedia “Selamat Datang di Pelabuhan Balohan Pulau Weh Sabang” http://maleber.net/ Diakses Jumat, 6 Januari 2017 Jam 12.30
Tinggalkan Balasan