Yuk, Berkunjung dan Mengenal Museum Tsunami Aceh
A. Pengantar
Masih ingat bencana dahsyat yang meluluh lantahkan Banda Aceh di tahun 2004 silam? Petaka yang juga disebut “Christmas Tsunami” karena terjadi pada 26 Desember 2004, sehari setelah Natal, dikenang sebagai tsunami terdahsyat abad ini, Ya, bencana Tsunami dengan dashyatnya telah mengguncang Provinsi Aceh dan Sumatera Barat. Tidak hanya Banda Aceh saja yang terkena bencana dahsyat Tsunami, Negara-negara lain yang berada di kawasana Samudra Hindia pun turut terkena imbasnya. Bencana ini telah menimbulkan kedukaan bagi negara, baik dari segi korban jiwa dan harta benda yang luluh lantak. Bencana ini merenggut 230.000 nyawa di 11 negara, sebagian besar di antaranya adalah warga Aceh, sebagian Sumatera Utara dan Nias. Untuk mengingat peristiwa tragis itu Pemerintah Republik Indonesia dengan dukungan berbagai pihak terkait membangun sebuah museum bernama Museum Tsunami Aceh.
Seperti situs tsunami lainnya, maka pada umunya para wisatawan yang datang ke Aceh hampir dipastikan untuk berkunjung ke museum tsunami dan tentunya demikian juga dengan kami. Tepatnya pada hari Jumat 30 Desember 2016 rombongan kami, yaitu penulis dan rombongan guru Penjaskes Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat dan keluarga berkesempatan singgah ke tempat ini dengan tujuan untuk melihat saksi bisu dahsyatnya gempa dan gelombang tsunami 2004 tersebut.
B. Alamat
Museum Tsunami Aceh letaknya stategis, di pusat kota Banda Aceh. Museum ini terletak di lokasi Taman sari kota Banda Aceh kira-kira 500 meter dari Masjid Raya Biturahman Banda Aceh. Alamat Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, dekat Simpang Jam. Patokan lain untuk memudahkan Anda adalah lokasinya di seberang Lapangan Blang Padang, persis dekat pemakaman kuburan Belanda (Kerkhoff Peutjut).
C. Jam buka
Jam buka Museum Tsunami Aceh ini adalah Senin s/d Kamis pukul 09.00 -12.00 WIB dan buka kembali 14.00-16.30 WIB. Jumat Libur, Sabtu dan Minggu pukul 09.00-12.00 WIB dan buka kembali 14.00-16.30 WIB.
D. Tiket Masuk
Meskipun ada loket tempat pembelian tiket, tidak ada petugas penjaganya dan pengunjung dapat masuk bebas tanpa membayar tiket dan tidak dikutip biaya apapun kecuali untuk menyaksikan tayangan 4D.
E. Akses
Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka Museum Tsunami ini mudah di temukan. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi menuju Museum ini, atau menggunakan kendaraan umum seperti angkot atau disebut labi-labi, bentor maupun taksi.
Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi dari arah Jalan Sulaeman Daud belok kiri menuju Jalan Nyak Adam Kamil 5, belok kiri lagi menuju Jalan Sultan Iskandar Muda, ikuti jalan ini hingga menemukan Museum Tsunami yang berada persis di pinggir jalan. Jika Anda menggunakan Labi-Labi (angkot) Anda bisa menggunakan labi-labi nomer 05 jurusan Terminal Punge-Ulee Lheu. Anda bisa menemukan labi-labi, di pangkalan yang berada di Terminal Keudah di dekat Baiturrahman. Selain itu Anda juga dapat menggunakan Bentor atau becak montor.
F. Tujuan pembangunan Museum Tsunami aceh
Tujuan pembangunan museum tsunami ini tidak hanya menjadi sebuah bangunan monumen yang dibangun untuk mengenang para korban bencana tsunami, tetapi juga sebagai salah satu objek bersejarah dan sebagai simbol kekuatan masyarakat aceh dalam menghadapi musibah terbesar didunia, bencana tsunami. Selain itu bangunan ini diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh serta semua orang indonesia di masa mendatang sebagai pesan dan pelajaran bahwa tsunami pernah melanda Aceh yang telah menelan banyak korban.
G. Fungsi Museum Tsunami aceh
Fungsi Museum tsunami aceh adalah sebagai sebagai monumen bersejarah tempat menyimpan semua foto-foto dan video dokumentasi pada saat terjadinya tsunami aceh. selain itu museum ini juga dijadikan tempat pendataan dan sebagai tempat pusat penelitian dan pembelajaran tentang tsunami aceh. dan museum ini juga di jadikan sebagai tempat Escape Building ( Tempat penyelamatan ) apabila terjadi tsunami dimasa yang akan datang.
H. Sejarah
Penggagas Museum Tsunami Aceh adalah Eddy Purwanto dari BRR Aceh, dan Museum tsutami Aceh ini dibangun oleh beberapa lembaga yang sekaligus merangkap panitia. Di antaranya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias sebagai penyandang anggaran bangunan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) sebagai penyandang anggaran perencanaan, studi isi dan penyediaan koleksi museum dan pedoman pengelolaan museum), Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)sebagai penyedia lahan dan pengelola museum, Pemerintah Kotamadya Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan prasarana lingkungan museum dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk mengenang peristiwa tsunami yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 yang menelan korban lebih kurang 240,000.
Museum ini dibangun pada tahun 2006 diatas lahan lebih kurang 10,000 persegi yang terletak di Ibukota provinsi Nanggroes Aceh Darussalam yaitu Kotamadaya Banda Aceh dengan anggaran dana sebesar kitar Rp 140 milyar. Museum Tsunami Aceh yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2009. Dan dibuka untuk umum pada 8 Mei 2011
I. Arsitek dan Arsitektur
1. Arsitek: Ridwan Kamil
Nama Ridwan Kamil terkenal sebagai wali kota Bandung, namun banyak yang lupa kalau Museum Tsunami Aceh adalah salah satu karyanya. Sebelum menjadi wali kota Bandung, Ridwan Kamil sendiri merupakan seorang dosen jurusan arsitektur di ITB. Ridwan Kamil memenangkan ‘Sayembara Merancang Museum Tsunami Aceh’ yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias pada 17 Agustus 2007.
foto: rooang.com
Ridwan Kamil mengatakan bahwa Aceh adalah “rumah” keduanya. Ridwan juga mengatakan bahwa banyak momen emosional dan banyak air mata yang tertumpah selama mengerjakan desain Museum Tsunami Aceh ini. Itulah sebabnya, mengapa Aceh menjadi sangat spesial bagi seorang Ridwan Kamil. Ridwan mengaku menangis saat mendesain bangunan megah seluas 2.500 meter persegi itu. Itu adalah pekerjaan tersulit selama hidupnya. “Dari ratusan proyek yang sudah saya lakukan, desain Museum Tsunami yang paling sulit,” ujar Ridwal Kamil
2. Arsitektur
a. Tampilan Eksterior
Kunjungan ke Museum Tsunami Aceh tidak akan sia-sia karena bangunan museum ini sarat dengan nilai kearifan lokal. Di mana Arsitektur museum ini menggabungkan rumoh Aceh bertipe panggung dengan konsep escape building hill berupa bukit untuk evakuasi bencana tsunami. Nuansa Rumoh Aceh pun tampak pada lantai pertama museum yang dibuat menyerupai rumah panggung, dimana merupakan rumah tradisional orang Aceh. Ada pula tersemat nilai tari tradisional tari saman, cahaya dari lafaz Allah, serta taman terbuka berkonsep masyarakat urban. Jadi, gaya arsitektur museum ini selain sarat nilai-nilai tradisional Aceh, juga penuh dengan nilai-nilai religius.
Gaya Arsitektur Museum Tsunami terbilang sangat unik dan di klaim sebagai bangunan anti Tsunami. Pondasi Museum merupakan kombinasi dari bangunan panggung yang diangkat ke atas bukit. Bila dari luar saja sudah dapat melihat esensi dari museum ini yang berfungsi sebagai monumen peringatan Tsunami Aceh tahun 2004.
Bangunan museum ini dari luar jauh terlihat seperti cerobong. Eksterior museum ornamen dekoratif berunsur transparansi seperti anyaman bambu. Bila diperhatikan dari atas, museum ini merefleksikan gelombang tsunami yang berputar.
Bila dilihat dari samping (bawah) tampak seperti kapal pesiar yang besar atau kapal penyelamat dengan geladak yang luas sebagai escape building. Bangunan museum dari bawah terlihat menyerupai kapal, alat transportasi yang banyak dikaitkan dengan bencana tsunami, mengingat banyak kapal yang terdampar jauh ke pedalaman dan beberapa di antaranya bagikan “perahu Nabi Nuh” menyelamatkan para penumpangnya.
b. Tampilan Interior
Tampilan interiornya akan menggiring Anda pada perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Tuhan.
Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius masyarakat Aceh.
Pada lantai dasar museum ini menceritakan bagaimana tsunami terjadi melalui arsitektur yang didesain secara unik. Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagaimemorial dari bencana besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan ribuan korban jiwa.
Pada Lantai dua museum, merupakan akses ke ruang-ruang multimedia.
Di Lantai ini terdapat beberapa ruangan yang berisi rekam. Di antaranya ruang pamer tsunami, pratsunami, saat tsunami dan ruang pascatsunami. Beberapa gambar peristiwa tsunami, artefak jejak tsunami, dan diorama ditampikan di lantai ini. Salah satunya adalah diorama kapal nelayan yang diterjang gelombang tsunami dan diorama kapal PLTD Apung yang terdampar di Punge Blang Cut. Juga ada media-media pembelajaran berupa perpustakaan, ruang alat peraga, dan souvenir shop. Beberapa alat peraga yang ditampilkan antara lain, rancangan bangunan yang tahan gempa, serta model diagram patahan bumi. Ada beberapa fasilitas terus disempurnakan seperti ruang lukisan bencana, diorama, pustaka, ruang 4 dimensi, serta cafe.
Pada lantai tiga ini, terdapat beberapa fasilitas seperti ruang geologi, ruang perpustakaan, musala, dan area cenderamata. Pada ruang geologi, pengunjung dapat memperoleh berbagai informasi tentang bencana, tentang gempa, dan sebab tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa display, dan alat simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.
Adapun di lantai paling atas, difungsikan sebagai escape building atau tempat penyelamatan diri apabila tsunami terjadi lagi di masa yang akan datang. Bagian atap museum yang berbentuk datar dan lapang ini dirancang sebagai zona evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Lantai atas ini tidak dibuka untuk umum karena mengingat faktor keselamatan dan keamanan pengunjung. Dari lantai atas ini pula pengunjung dapat melihat hampir seluruh wilayah Kota Banda Aceh.
3. Koleksi Museum
Museum tsunami Aceh ini memiliki 55 koleksi terdiri dari 7 unit maket, 22 unit alat peraga, dan 26 unit foto ataupun lukisan yang menggambarkan keadaan tsunami di Aceh. dan ketika memasuki ruang koleksi, suasana mengenang tsunami terusik oleh kondisi koleksi yang tak sempurna. Sejumlah koleksi, seperti ruang simulasi gempa, alat peraga rumah tahan gempa dan rumah tak tahan gempa, serta alat peraga gelombang tsunami.
J. Rute Museum
1. Pintu Utama
Akses awal dimulai ketika masuk dari pintu gerbang museumm yang terletak sebelah kanan gedung museum, kemudian melewati halaman museum menuju pintu utama. Sebelum masuk pintu utama, ada beberapa 2 lapis dinding tembok terbuka yang menjorok ke luar. Lapisan dinding pertama bertuliskan “ACEH TSUNAMI MUSEUM” dan ada logo di atas tulisan tersebut. Tulisan dan logo berwarna biru air laut. Sepetinya logo brrgambar gelombang air laut yang berputar (ini menurut penglihatan penulis lho). Penulis amati, sepertinya setiap pengunjung selalu mengambil kesempatan untuk mendokumentasikan foto di tempat ini, mungkin karena ada tulisannya itu, sebagai tanda telah berkunjung ke “ACEH TSUNAMI MUSEUM”. Jadi, tak heran kalau dinding tembok lapisan pertama ini penuh dan antri bagi pengunjung untuk lokasi berfoto.

Dokumentasi Foto di dekat pintu masuk utama Aceh Tsunami Museum (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Selanjutnya pada dinding lapisan ke dua sejajar dengan dinding pertama, di mana di sebelah kiri terlihat puing Helli Kopter Polisi sebagai salah satu saksi bisu dahsyatnya tsunami Aceh 2004. Dan tentunya tak lupa ambil dokumentasi foto terlebih dahulu sebelum masuk ke Space of Fear (Lorong Tsunami).

Dokumentasi Foto di depan puing helly kopter Polisi salah satu saksi bisu tsunami Aceh 2004. Lokasi ini terletak dekat pintu masuk utama Aceh Tsunami Museum (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
2. Space of Fear (Lorong Tsunami)
Selanjutnya ketika penulis melalui pintu utama, maka kami disambut dengan lorong gelap yang disebut lorong Tsunami. Sebelum memasuki Lorong Tsunami ada petunjuk yang tertera di dekat pintu masuk lorong. Petunjuk ini berisi informasi yang ditulis dengan 2 bahasa (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Dokumentasi Foto dengan latar informasi larangan bagi pengunjung yang memiliki trauma, penyakit, dsb untuk tidak masuk ke LorongTsunami yang terdapat pada Aceh Tsunami Museum (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Adapun informasi atau petunjuk yang tertulis tersebut dalam bahasa Indonesia adalah:
Bagi Anda yang mengalami:
-Trauma
-Memiliki riwayat penyakit jantung
-Sesak Nafas atau Asma
-Memikiki Cacat Bagian Tubuh
-Menggunakan Kursi Roda
-Lanjut Usia
-Takut akan ruangan gelap, basah, dan lembab
SILAHKAN LANGSUNG MENGGUNAKAN TANGGA MENUJU LANTAI DUA.
Jadi, bagi yang mengalami hal-hal seperti tersebut di atas, tidak dianjurkan masuk ke Lorong Tsunami yang terletak di lantai 1 ini.
Selain tulisan informasi tersebut di atas, masih dekat pintu lorong juga ada informasi atau petunjuk lainnya juga dengan 2 bahasa. Adapun informasi atau petunjuk yang tertulis dalam bahasa Indonesianya adalah:
Lorong ini akan membawa Anda pada suasana Minggu pagi, 26 Desember 2004 ketika tsunami terjadi.

Papan informasi yang tertulis di pintu masuk Lorong Tsunami: Lorong ini akan membawa Anda pada suasana Minggu pagi, 26 Desember 2004 ketika tsunami terjadi (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Lorong Tsunami yang memiliki panjang 30 m dan tinggi hingga 19-23 m melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, dengan suara gemuruh air dan cahaya yang remang-remang agak gelap, lembab dan lorong yang sempit, mendeskripsikan perasaan rasa takut masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, yang disebut space of fear.
Hati-hati dengan kepala anda, siapkan topi lebar agar rambut dan baju anda tidak basah. Jadi memang wajar saja bagi yang takut gelap dan masih phobia dengan tsunami, tidak disarankan untuk masuk dari jalur ini.
3. Space of Memory (Ruang Kenangan)
Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami, pengunjung memasuki Ruang Kenangan (Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide. Seperti biasa penulis menyempatkan diri untuk mengambil dokumentasi foto di ruangan ini. Seperti halnya di Lorong Tsunami, demikian pula Ruang Of Memory ini juga gelap, sehingga fotonya juga kurang jelas.

Menyaksikan Slide Monitor tentang keadaan Tsunami 2004 di Ruang Memory Musuem Tsunami Aceh (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Di ruang ini penulis menyempatkan diri untuk menyaksikan slide demi slide yang ditayangkan oleh monitot, bahkan setiap slidenya penulis sempat mendokumentasikannya. Namun, karena kecepatan tayang slidenya cepat, sehingga ada beberapa slide foto yang tidak jelas. Tak apalah, yang penting sudah berusaha. Adapun slide yang ditayangkan adalah gambar dan foto tentang tsunami 2004, dan foto-foto tersebut seakan mengingatkan kembali kejadian tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of memory yang sulit di lupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut.

Keadaan Kota Banda Aceh pada tsunami 2004 salah satu tayangan Slide Monitor di Ruang Memory Musuem Tsunami Aceh (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Ruang Of Memori ini brrdinding kaca, di mana dengan dinding kaca ini memiliki filosofi keberadaan di dalam laut (gelombang tsunami). Ketika memasuki ruangan ini, pengunjung seolah-olah tengah berada di dalam laut, dilambangkan dengan dinding-dinding kaca yang menggambarkan luasnya dasar laut, monitor-monitor yang ada di dalam ruangan dilambangkan sebagai bebatuan yang ada di dalam air, dan lampu-lampu remang yang ada di atap ruangan dilambangkan sebagai cahaya dari atas permukaan air yang masuk ke dasar laut.
4. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)
Melalui Ruang Kenangan (Memorial Hall), pengunjung akan memasuki Ruang Sumur Doa (Chamber of Blessing). Tulisan Sumur Doa (Chamber of Blessing tertera jelas di dinding sebelah kanan sebelum pintu masuk Sumur Doa ini.
Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Penulis sempat mengambil dokumentasi dinding ruangan yang bertuliskan nama-nama korban yang tertera di dinding tersebut. Sayang, karena ruangnya gelap dan kamerapun alakadarnya, sehingga tak jelas hasil fotonya.

Nama-nama korban tertera di dinding Ruang Sumur Doa Museum Tsunami Aceh (Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Ruangan Sumur Doa ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya (hablumminallah) yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas dan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an melambangkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah (penciptanya).
Ruang ini juga disebut “Ruang Penentuan Nasib” atau “Fighting Room”, sering disebut juga The Light of God. Ruangan ini berbentuk seperti cerobong semi-gelap dengan tulisan Allah dibagian puncaknya. “Ini melambangkan bahwa para korban yang tidak dapat selamat dari tsunami kini sudah kembali kepada Allah”.
Alhamdulillah, dengan menggunakan kamera digitan penulis sempat mengambil video di ruang yang gelap ini. Pada bahagian cahays remang-remang bisa sedikit jelas videonya, dan yang paling jelas adalah Kaligrafi ALLAH yang tertera di cerobong.
Ruang ini juga merefleksikan perjuangan para korban tsunami. Dimana, bagi mereka yang menyerah ketika tersekap gelombang tsunami, maka nama mereka terpatri di dinding cerobong sebagai korban. Sebaliknya, bagi mereka yang merasa masih ada harapan, terus berjuang seraya mengharapkan belas kasih dari Yang Maha Menolong. Begitu mereka yakin akan adanya pertolongan Allah, maka mereka seakan seperti mendengar adanya panggilan ilahi dan terus berjuang hingga selamat keluar dari gelombang tersebut.
Pengunjung acapkali berdoa di ruang tersebut. Para pengunjung meskipun tidak pernah merasakan dahsyatnya tsunami saat berada di sini hampir dipastikan tercenung dan keluar dengan mata-mata berkaca-kaca karena merasakan kesedihan yang mendalam. Jadi tak heran, bila masih ada keluarga korban yang “enggan” memasuki museum tersebut, karena kenangan pedih yang mereka alami.
5.Space of Confuse (Lorong Cerobong)
Setelah Sumur Doa, pengunjung akan melewati Lorong Cerobong (Romp Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong ini didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam. Kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi lorong ini disebut Space of Confuse. Lorong gelap yang membawa pengunjung menuju cahaya alami melambangkan sebuah harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih memiki harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat Aceh yang pada saat usai bencana mengalami trauma dan kehilangan yang besar. Cerobong The Light of God: antara hidup dan mati (sumber: rancupid.blogspot.com) Alhamdulillah, mereka akhirnya betul-betul bisa keluar dari gelombang maut tersebut setelah berputar-putar melawan arus. Hal ini direfleksikan dengan perjalanan memutar keluar dari cerobong tersebut menuju Jembatan Harapan (Hope Bridge).
6.Space of Hope (Jembatan Harapan)
Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah Jembatan Harapan (space of hope). Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami, jumlah bendera sama denga jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di setiap bendera dan batu bertuliskan kata ‘Damai’ dengan bahasa dari masing-masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan konflik sebelum tsunami terjadi. Adapun berbagai bahasa dengan Tulisan “Damai” dalam beberapa bahasa asing seperti Arab Saudi (Assalammualaikum), Hongaria (Beket), dan Perancis (Palx). Di sekeliling kolam terdapat beberapa prasasti berupa batu bulat yang bertuliskan negara-negara yang telah memberikan bantuan bencana di Aceh. Dunia melihat secara langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh, serta turut andil dalam membangun (merekontruksi) Aceh setelah bencana terjadi. Ketika Melalui jembatan ini, seperti melewati air tsunami menuju ke tempat yang lebih tinggi.
7. Maket Museum Tsunami Aceh
Selanjutnya kita tiba diujung jembatan harapan, maka kita akan sampai di lantai 2. Berarti rute yang penulis lalui di atas tadi mulai dari dari lantai satu, yaitu dari pintu masuk lorong tsunami dan berakhir di jembatan harapan. Selanjutnya bila sampai diujung jembatan harapan bila berjalan lurus maka kita akan dapat mnemukan maket dari Museum Tsunami Aceh. Meski, setiap rute yang penulis lalui di museum ini diselesaikan dengan tergesa-gesa karena dibatasi oleh waktu, namun penulis masih sempat mendokumentasikan foto maket Museum Tsunami Aceh ini.
8. Ruang Audio Visual Teater
Bila dari jembatan harapan tadi jalan lurus akan bertemu dengan maket tsunami Aceh, namun bila berbelok ke kanan maka kita akan bertemu dengan ruang Audio Visual Teater. Untuk memasuki ruang Audio Visual Teather ini pengunjung tidak perlu membayar, hanya saja pengunjung harus antri menunggu trip untuk tayangannya film tsunami tersebut. Di sini penulis dan rombongan menyaksikan pemutaran film tsunami selama 15 menit dari gempa terjadi, saat tsunami terjadi hingga saat pertolongan datang. Di ruang ini penulis sempat pula merekam film tsunami tersebut.

Dokumentasi Foto di depan pintu masuk Ruang Teater Audio Visual menunggu antrian masuk untuk menonton film tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
9. Ruang Pameran dan Diorama
Setelah melintasi jembatan, pengunjung akan diarahkan menuju ruang pamer berisi gambar, maket, dan diorama. Di ruang ini akan melihat banyak foto raksasa dan artefak tsunami. Saat masuk ke ruang ini langsung terlihat foto-foto raksasa tentang Tsunami, baik Pra Tsunami, Saat Tsunami, dan Pasca Tsunami. Rencana penulis ingin mendokumentasikan masing-masing foto raksasa tersebut, namun sayang waktu yang terbatas dan masih banyak bagian lain yang harus dilihat. Penulis harus berpuas diri dengan berfoto dengan latar foto-foto raksasa tersebut.

Dokumentasi Foto di ruang pameran dengan latar foto raksasa Pasca tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Selanjutnya setelah melihat foto-foto raksasa tersebut penulis masuk lebih dalam ke ruang pameran ini, dan di sini banyak ditemukan kotak kaca yang di dalamnya berisi benda-benda bekas tsunami, seperti ada puing sepeda motor, baling-baling kipas angin, sepatu, dompet, KTP, dan lain-lain. Pada masing-masing kotak kaca tersebut ada keterangannya, namun sayang saat pada foto yang penulis dokumentasikan tak jelas isi tulisannya.

Puing Sepeda Motor, saksi bisu dahsyat Tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)

Puing kipas angin, sepatu, KTP, dll saksi bisu dahsyat Tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Selain itu juga ada kotak kaca yang berisi Al-Quran yang ditemukan setelah tsunami. Pada keterangan kotak kaca tertullis: Al-Quran ini dikumpulkan oleh penyumbang saat terjadinya bencana tsunami Aceh, 26 Desember 2004 dan telah disimpan selama 10 tahun dan diserahkan ke Museum Tsunami Aceh.
Selanjutnya lebih ke dalam lagi dari ruang pameran ini terdapat 2 kotak kaca besar yang letaknya berdampingan. Rupanya kotak kaca ini berisi maket kota Banda Aceh. Di mana kotak kaca pertama adalah maket kota Banda Aceh sebelum Tsunami, dan Kotak Kaca kedua adalah Maket Kota Banda Aceh Sesudah Tsunami.
Di ruang pamer ini tidak saja terdapat foto-foto raksasa dan benda-benda peninggalan tsunami, ternyata juga ada maket dan diorama. Diorama-diorama ini menceritakan tentang kisah tsunami. Pada masing-masing diorama juga dilengkapi dengan tulisan yang menceritakan kisah tsunami sesusi diorama yang ditampilkan. Alhamdulullah untuk diorama ini ada beberapa yang sempat penulis dokumentasikan, seperti:
a. Diorama Masjid Rahmatullah
Diorama ini menggambarkan Masjid Rahmatullah setelah terjadinya gempa tsunami, di mana rumah Allah yang bercat putih dengan kubah utama berwarna hitam ini terlihat jelas sebagai bangunan satu-satunya berdiri kokoh meski telah diterjang tsunami. Pada tulisan diorama ini berisi kisahnya dalam dua bahasa (bahasa Indinesia dan bahasa Inggris)

Maket/Diorama Masjid Rahmatullah yang terletak dekat pantai adalahbsatu-satunya bangunan yang selamat dari tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Adapun isi kisahnya dalam bahasa Indonesia adalah: Masjid Rahmatullah terletak sekitar 400 meter dari garis pantai Lampuuk Aceh Besar. Bangunan ini merupan satu-satunya bangunan di Lampuuk yang selamat dari terjangan gelombang tsunami. Masjid ini kembali direnovasi dengan bantuan dari beberapa negara asing.
b. Diorama Kapal Di Atas Rumah
Diorama ini memperlihatkan buktinya dahayat tsunami sehingga kapal seberat 65 ton yang tadinya berada di sungai terseret 1 km dan akhirnya terdampar di atas rumah penduduk dan menyelamatkan 59 orang. Informasi tentang kisah Kapal Di Atas Rumah ini juga tertera pada diorama ini dengan dua bahasa.

Maket/Diorama Kapal Di Atas, kapal seberat 65 ton terdampar di atas rumah warga salah satu saksi bisu tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Adapun isi kisah Kapal Di Atas Rumah dalam bahasa Indonesia adalah: Kapal dengan panjang 25 meter, lebar 5,5 meter, berat 65 ton terdampar 1 km dari Sungai Krueng Aceh yang merupakan tempat docking kapal desa Lampulo. Kapal ini dihempas gelombang tsunami dan tersangkut di rumah keluarga Pak Misbah dan Ibu Abasiah, Gampong Lampulo Kec. Kuta Alam Banda Aceh. Kapal ini merupakan sarana penyelamat bagi 59 orang. warga
c. Diorama Ketika Datangnya Tsunami
Diorama ini memperlihatkan gelombang tsunami yang tinggi dan di bawah gelombang tersebut terlihat ada yamg sudah terbaring mati di kaki gelombang dan ada juga oran yang berlari-lari untuk menyelematkan diri dari gelombang tersebut. Pada diorama ini juda tertulis kisahnya dalam 2 bahasa.

Maket/Diorama Situasi Ketika Datangnya tsunami 2004 (Museum Tsunami Banda Aceh Jumat, 30 Desember 2016)
Adapun isi kisah Ketika Datangnya Tsunami dalam bahasa Indonesia adalah: Maket ini mendeskripsikan situasi saat datangnya gelombang tsunami. Setelah terjadi gempa 9,1 SR, yang mengguncang Aceh, air laut surut hingga beberapa meter ke arah laut dan lebih kurang 10-15 menit kemudian air laut datang secara tiba-tiba dalam jumlah besar dengan ketinggian lebih kurang 18 meter (setara dengan ketinggian pohon kelapa) menuju daratan.
d. Diorama Situasi Keadaan Setelah Gempa Bumi
Diorama ini menunjukkan situasi setelah gempa dan pada diorama ini juga rerdapat keterangan tentang kisah tersebut dalam 2 bahasa. Adapun isi kusahnya adalam bahasa Indonesia adalah: Maket ini menunjukkan keadaan sebuah desa yang baru saja dilanda gempa yang sangat kuat. Dalam maket ini terlihat kepanikan saat menghadapi bencana gempa.
10. Ruang Simulasi Gempa
Juga ada ruang simulasi gempa dan tempat pengunjung dapat mempelajari sains terkait gempa dan tsunami. “Namun saat ini tidak bisa dioperasikan karena alatnya rusak.
Keluar dari ruang pamer yang terdapat di lantai dua ini, maka bisa dilanjutkan ke lantai 3 untuk melihat ruang geologi. Ah…..sayang sekali karena waktu yang terbatas tak sempat lagi melihat ruang geologi ini. Kecewa sekali!. Sedangkan untuk ke lantai 4 memang tidak diperbolehkan, karena lantai 4 ini hanya dibuka untuk penyelamatan saat terjadi gempa tsunami di masa akan datang
K. Penutup
Demikian oleh-oleh cerita dari penulis tentang kisah berkunjung dan mengenal Museum Tsunami Aceh yang sarat dengan nilai-nilai edukasi dan religi. Jadi, dijamin Anda tak kan menyesal bila ke Aceh untuk berkunjung ke lokasi ini. Semoga bermanfaat!.
Referensi
Tersedia “Ada Apa di Museum Tsunami” http://www.kompasiana.com/mus.aceh/ Diakses Kamis 16 Februari 2017 Jam 13.36
Tersedia “Isi Peran dan Fungsi Musem Tsunami Aceh” http://share-all-time.blogspot.co.id/2014/01/ Diakses Kamis 16 Februari 2017 Jam 14.13
Tersedia “Museum Tsunami” http://www.utiket.com/Diakses Jumat 17 Februari 2017 Jam 14.42
Tersedia “MuseumTsunami Aceh” http://pesona.indonesia.travel/ Diakses Jumat 17 Februari 2017 Jam 15.30
Tersedia “Museum Tsunami Aceh Karya Arsitek Ridwan Kamil” http://majalahasri.com/ Diakses Kamis 16 Februari 2017 Jam 14.22
Tersedia “Museum Tsunami Aceh Merupakan Lokasi Wisata” http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/02/07/ Diakses Jumat 17 Februari 2017
Tersedia “MuseumTsunami Aceh Tempat Belajar dan Mengingat” http://bisniswisata.co.id/ Diakses Jumat 17 Februari 2017 Jam 15.13
Tersedia “Tangis Wali Kota Ridwan Kamil Kala Mendesain Museum Tsunami Aceh” http://news.liputan6.com/ Diakses Kamis 16 Februari 2017 Jam 13.51
One Response to Yuk, Berkunjung dan Mengenal Museum Tsunami Aceh