Praktik Workshop: Berkunjung ke Kawasan Kota Padang Lama
A. Pengantar
Hari Sabtu 3 Oktober 2015 penulis dan rombongan melakukan praktik workshop sejarah, yaitu kegiatan kunjungan lapangan ke objek bersejarah dan budaya di Kota Padang, tepatnya ke kawasan kota Padang Lama. Kegiatan ini adalah salah satu agenda Workshop Historiografi dan Sosialisasi Peninggalan Sejarah dan Budaya untuk guru SD, SMP, SLTA Tingkat Propinsi Sumatera Barat yang diselenggaraksn oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) bekerjasama dengan Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
B. Hasil Kunjungan
Menurut informasi dari guide yang membawa rombongan kami, bahwa Kota Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat ternyata pernah menjadi kota metropolitan. Kota Padang yang dimaksud di sini adalah Kota Padang Lama. Dalam sejarah Kota Padang saat menjadi kota Metropolitan terjadi pada awal nya abad ke-17.
Hal-hal yang menandakan bahwa sebuah kota itu adalah kota metropolitan adalah kota tersebut terkait dengan daerah-daerah sekitarnya dalam satu sistem kegiatan sosial ekonomi, termasuk prasarana dan sarana penunjangnya, dengan kota tersebut menjadi kota utama berperan sebagai inti dan kota-kota lainnya sebagai satelit. Pada umumnya kota metropolitan juga menjadi pusat kegiatan ekonomi seperti industri, jasa, dan finansial dan terkait dengan sekitarnya. Keterkaitannya tercermin dari sistem jaringan infrastruktur dan hubungan sosial ekonomi. Dengan demikian penataan yang perlu dilakukan secara fungsional dan tidak dibatasi oleh batas administrasi pemerintahan
Banyak bukti-bukti sejarah yang menunjukkan dan masih tersisa bahwa kota lama Padang ini pernah menjadi kota metropolitan. Bukti-bukti ini berupa bangunan-bangunan tua yang masih ada, berdiri, bahkan masih digunakan sampai saat ini. Penulis menemukan beberapa bukti fisik peninggalan bangunan-bangunan yang berhubungan dengan aktivitas sebuah kota metropolitan.
Di mana dalam perjalanan kunjungan lapangan ke kawasan Kota Padang Lama ini, yaitu sehiliran dari Batang Arau menuju Muara Pantai Padang terdapat beberapa bangunan tua dengan ciri arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan gaya model untuk daerah tropis yang memberikan bukti-bukti bahwa kota Padang Lama menjadi kota metropolitan
Adapun bangunan-bangunan yang terdapat di kawasan Kota Padang Lama dan menurut penulis bamgunan-bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa Kota Padang pernah menjadi kota metropolitan adalah sebagai berikut:
1. Bekas Hotel Negara (1918)
Bekas Hotel Negara ini milik pribadi, terakhir tahun 2010 tercatat sebagai pemiliknya adalah Hamadin Lubis. Di gedung tersebut tertulis tanggal bangunan 5-2-1918, selain itu juga tertulis AMNO.

Dokumentasi Foto penulis di depan bekas Hotel Negara (Tertulis di gedung 5-2-1918)
2. Pusat perekonomian
Pusat perekonomian ditandai dengan adanya Pasar, jalan, toko, gudang-gudang. Adanya Pasar Mudik, pasar Hilir, pasar malintang, dan pasa gadang. Pasar hilir arah ke muaro, sedangkan pasar mudik arah ke subarang padang. Rel Kereta Api batas pasar Pasar mudik , dan pasar hilir tersebut.
3. Gudang rempah-rempah
Gudang ini dulunya dipergunakan untuk menjual hasil bumi dan juga tekstil, dan saat ini juga masih menjadi gudang rempah-rempah milik pribumi.

Dokumentasi Foto Gudang Rempah-rempah
4. Toko Semen Padang (1913)
Bangunan ini sejak mulai berdiri sampai sekarang masih melakukan fungsi yang sama yaitu distribusi semen Padang. Pada bangunan tertulis tahun 1913.

Dokumentasi Foto toko/UD Menjual Semen Padang ( tertulis 1913)
Menurut guide bahwa dengan adanya tahun 1910 pabrik semen padang semakin meningkatkan ekonomi dan bangunan, serta budaya membangun dari masyarakat Kota Padang lama. Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia, didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur.
5.Pelabuhan utama, pusat ekspor impor
Berdasarkan informasi dari guide juga bahwa sebelum teluk bayur, pelabuhan kapal berada di muaro dan pulau pisang gadang. Sekarang masih ditemukan Bekas 3 dermaga, menandakan tempat tersebut sebagai tempat kapal barang berlabuh. Kota Padang sebagai kota pelabuhan mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan hasil bumi dari luar negeri. Peranan kota Padang sebagai kawasan pelabuhan dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman Minangkabau terus meningkat, dengan membuat beberapa kontrak dagang dengan penguasa Minangkabau, Belanda mendapatkan keuntungan yang banyak dalam monopoli perdagangan tersebut, tercatat sejak tahun 1770 diberangkatkan dari pelabuhan Muara.
6. Bangunan Bank
Selanjutnya dijelaskan oleh guide bahwa Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.
7. Rumah Peribadatan; gereja di Muaro, klenteng (1876)

Dokumentasi Foto Bangunan Klenteng (Tertulis tahun 1876)
Selain bangunan-bangunan di atas, juga terdapat bukti-bukti bangunan lain sebagai penanda bahwa Kota Padang pernah menjadi Kota Metropolitan, tetapi kami dan rombongan tidak ke tempat tersebut seperti:
1.Pusat Pemerintahan (Gedung Gubernur Sekarang)
2. Rumah Sakit Tentara
3.Bangunan Mesjid: Mesjid raya ganting, mesjid muhamadda
4. Bangunan Sekolah/Pendidikan: Gedung SMP 1, SMA 1
Namun, meskipun kami tidak lokasi tersebut, namun bangunan-bangunan tersebut masih ada sampai sekarang.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Beradasarkan kunjungan ini menurut penulis memang ditemukan bangunan-bangunan sebagai bukti bahwa Kota Padang Lama Bukti Sejarah Kota Metropolitan
2. Saran
Berdasarkan hasil kunjungan ini ada beberapa saran-saran, yaitu:
a. Oleh karena kunjungan ini sangat singkat, sehingga masih banyak data yang belum penulis dapatkan secara langsung, tetapi baru berupa informasi saja, untuk itu ke depannya perlu waktu lebih lama untuk pengamatan sehingga lebih banyak data dan fakta yang didapat untuk memperkuat teori kota Padang Lama sebagai Pusat Metropolitan.
b. Selain itu, karena penulis bukanlah ahli sejarah, sehingga penulisan dan pembahasannya sangat sederhana, untuk itu perlu ahli sejarah untuk meneliti dan membahas lebih dalam sesuai dengan keilmuaannya
Tinggalkan Balasan