Olimpiade Guru Nasional Salah Satu Upaya Memicu Kontruksi Berfikir
“Hari ini adalah event Olimpiade Guru Nasional (OGN) SMA Tingkat Sumatera Barat, Sebagai guru pembelajar, setiap event harus kita ambil manfaatnya. Orang pembelajar itu akan terus belajar. Ada 2 untuk mengukur pembelajar ini, pertama organisasi pembelajar (Learning Organization) dan yang kedua Learning Individual. Suatu institusi akan maju kalau institusi dan individunya adalah pembelajar”, demikian kata sambutan yang disampaikan oleh Drs. Burhasman, MM Selaku Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat pada acara Pembukaan Olimpiade Guru Nasional (OGN) SMA Tingkat Propinsi Sumatera Barat yang berlangsung di Hotel Pangeran City Jl Dobi Padang pada hari Senin 15 Mei 2017.

Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat Bapak Drs.Burhasman, MM memberikan kata sambutan pada acara pembukaan OGN SMA Tingkat Propinsi Sumatera Barat (Hotel Pangeran City Padang, Senin 15 Mei 2017)
Kegiatan OGN SMA ini dilaksanakan selama 2 hari mulai hari Senin 15 Mei 2017 hingga Selasa 16 Mei 2017 dengan guru sebagai para peserta OGN SMA dari 11 mata pelajaran yang dilombakan. Rangkaian kegiatan OGN SMA Hari pertana dimulai Jam 14.00 dengan registrasi oleh para peserta, pembukaan oleh protokol, menyanyikan lagu Indonesia Raya, laporan dari Ketua Panitia Pelaksana, Kata Sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, Doa dan Penutup.
Bagi penulis pribadi, hal apa yang disampaikan oleh Bapak Drs. Burhasman, MM ini sangat menyentuh dan motivasi penulis untuk lebih giat lagi belajar. Baik bagaimana cara guru belajar, serta bagaimana cara membelajarkan siswa agar cara belajar siswa menjadi terstruktur. Beliau menyampaikan argumen dengan gamblang, mudah dipahami, logis, dilengkapi dengan contoh konkrit dalam pembelajaran, dan menarik, seperti yang Beliau tuturkan di bawah ini.
“Kalau sekarang kita mengenal PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan). Di mana hal ini dimakdsudkah bahwa pemerintah mencoba berbagai cara untuk membuat pendidikan kita ini dinamis, karena pendidikan itu mengikuti alur kehidupan. Sebab faktanya, perubahan di dalam kelas, perkembangan kurikulum, perbaikan strategi pembelajaran kalah cepat dibandingkan dengan perubahan kehidupan. Kita terbirit-birit mengikuti perubahan tersebut. Oleh karena itu kita harus merubah strategi, baik dari pihak guru sebagai guru pembelajar dan pihak institusi sebagai organisasi pembelajar harus berperan aktif dalam perubahan tersebut. Oleh karena itu sebagai organisasi pembelajar di sekolah, maka kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang bisa membuat guru-guru dan siswa-siswi menjadi pembelajar.
Sejak dahulu kita sudah mendengungkan Learning How To Learn (Belajar Bagaimana Caranya Belajar. Jadi, sebenarnya yang kita ajarkan adalah cara belajar. Mengajar content memang ya, tetapi yang menjadi sasaran sebenarnya adalah bagaimana supaya proses berfikir siswa berubah yang lebih dikenal dengan kontruksi berfikir. Lomba OGN ini hanya salah satu pemicu agar para guru tidak berhenti belajar.
Negara Indonesia tergolong memiliki kontruksi bergikir yang masih rendah, sehingga kalah dalam mengikuti perubahan. Cara berfikir, cara merespon, cara menyelesaikan persoalan siswa kita kalah oleh negara-negara lain.
Berbicara belajar abad 21 adalah belajar dengan menggunakan konsep berfikir lebih tinggi. Negara-negars berkembang lainnya 6-8 tahun yang lalu telah melaksanakan cara belajar seperti ini, apalagi lagi negara-negara maju telah jauh lebih dahulu melaksanakannya. Cara belajar ini disebut juga Hight Order Thinking Skill. Dan kita Indonesia terlambat dalam hal ini, untuk itu kita harus segera mengejar ketertinggalan tersebut. Apa buktinya bahwa negara kita tertinggal dalam hal ini. Berdasarkan data PISA, Program Internasional Student tentang Pengukuran anak-anak umur 15 tahun dengan anggota negaranya 70, dan menyedihkan Indonesia berada pada peringkat 64. Melihat angka ini akan lebih kaget lagi bila dibandingkan dengan Negara Vietnam berada di rangkink 8. Padahal kita ketahui bahwa Vienam masih segar dalam ingatan kit, di manavnegara ini belum lama ini mengalami banyak masalah, seperti pengungsi, negara yang baru saja selesai perang, dsb.
Mengapa Vietnam mampu? Jawabnya tentu ada dalam masalah konstruksi berfikir tersebut. Oleh karena itu perubahan stategi pembelajaran harus diubah, kita harus menemukan masalah di mana letaak masalah kita? Letak maasalah kita adalah cara merekonstruksi cara berfikir pada anak.
Sekarang ini taxonomi yang dipakai adalah taxonomi menurut Anderson, bukan menurut Bloom lagi. Taxonomi Anderson ini menggandengkan Tingkat berfikir dengan Dimensi Pengetahuan, sehingga ada tahapan untuk dilalui. Tingkat berfikir taxonomi Bloom ada 6, mengingat, memahami, menerapkan, mensintesis, dan yang paling tinggi adalah mengevaluasi. Sedangkan pada Anderson tahapan tersebut mulanya sama urutannya, tetapi tahapan yang paling tinggi adalah kreatif. Dan kesemua tingkat berfikir tersebut harus menggandengkan Dimensi berfikir pengetahuan itu terdiri dari fakta, konsep, prosedural, dan meta kognitif. Misal: kompetensi dasar yang dinginkan adalah mengingat “X”, Tapi memproses untuk bisa mengingat “X” tersebut mulai dari fakta, konsep, prosedur. Maka Meta kognitif untuk mengingat yang tertanam aebagai akibat kegiatan fakta, konsep, dan prosedur.
Fakta :
2 + 2 = 4
2 × 2 = 4
Tahukah anak tentang konsep menambah, konsep mrngali? Tahu
Pahankan anak prosedur mensmbah, prosedur mengali? Tahu
Jika anak telah paham tentang fakta, konsep, prosedur menambah dan mengali, maka anak tersebut dapat menerangkan bagaimana 2 + 2 = 4 dan 2 x 2 = 4. Dan inilah yang disebut dengan meta kognitif.
Sehingga bila anak telah paham konsep, prosedur, maka berapapun soal penjumlahan maka dia akan kerjakan sesuai konsep dan prosedur penjumlahan. Demikian juga dengan perkalian, berapspun soal perkalian anak akan kerjakan sesuai konsep dan prosedur perkalian. Ini yang dinamakan metakognitif mengingat untuk sebuah strategi berfikir. Kesahalan fatal kita selama adalah menghapal saja, tanpa paham konsep dan prosedur, apalagi meta kognitifnya.
Setelah mampu mengingat, baru ke tahap memahami, dst….tingkat yang lebih tinggi yang masing-masing tahapan selalu bergandengan dengan fakta, konsep, prosedur, dan metakognisi. Maka pada akhirnya sampailah siswa pada tingkat tertinggi yaitu “MENCIPTA” bisa membuat sesuatu.
Selama ini hal seperti ini yang berlum terstruktur sehingga pembelajaran kita tak menghasilkan sesesuatu. Oleh karena itu sebagai guru, guru harus merubah cara belajar dan cara mengajar yang salah tersebut. Guru harus berupaya mencari teknik-teknik/ model/metode pembelajaran yang membuat para siswa memilik cara berfikir tinggi, sehingga siswa memiliki daya kreasi dan inovasi. Di sinilah peran guru.
Oleh karena itu guru harus terus belajar. Belajar tidak bisa diwakilkan pada orang lain. Guru tidak bisa digantikan, karena pendekatan guru adalah humanis. Oleh karena itu OGN ini sebagai salah satu pemicu agar guru menjadi ujung tombak dalam merekonstruksi berfikir, rekonstruksi cara berfikirnya sebagai guru, dan rekonstruksi berfikir siswa dalam proses pembelajaran. Bila guru profesional maka cara berfikirnya tingkat tinggi, kreatif, dan inovatif dan hal itu akan ditularkan pada siswa-siswanya”
“Selamat berjuang Seleksi OGN Propinsi Sumbar, bila semua peserta hari ini lolos passingrade, maka semua akan dikirim ke seleksi OGN Tingkat Nasional di Yogyakarta”, demikian harapan dan kata penutup dari Kepala Disdik Sumbar ini dan sekaligus beliau membuka secara resmi acara OGN SMA Tingkat Propinsi Sumatera Barat Tahun 2017.
Setelah doa dan penutupan, acara pembukaan berakhir pada jam 18.00. Kegiatan OGN SMA hari pertama akan dilanjutkan usai shalat maghrib tentang pendalaman materi, dan berakhir jam 20.30.
Tinggalkan Balasan