MENUJU RIVER CITY BANGKOK
Sabtu pagi 16 Februari 2019, di kamar Livotel Bangkok aku dan teman sekamar (Pipit) telah bersiap-siap untuk menuju lantai bawah. Namun, sebelum turun aku minta dipotret oleh Pipit saat di kamar. Pagi ini aku mengenakan baju kaos merah hitam, celana hitam, jilbab merah, sepatu merah, dan kaos kaki hitam. Baju kaos merah ini merupakan seragam empat sekawan (aku, Pipit, Laila, dan si “pengawas keren”). Baju seragam ini sengaja dipesan oleh si “pengawas keren” kira-kira satu bulan sebelum berangkat ke Bangkok.

Potret saat berada di kamar Livotel, Bangkok (Sabtu, 16/2/2019, foto pribadi)
Biasanya baju kaos itu pendek, sedangkan aku tak terbiasa memakai baju pendek yang menampakkan pinggu atau paha. Oleh karena itu, sebelum mengenakan baju kaos itu terlebih dahulu aku menggunan dress tanpa lengan berwarna hitam. Bahannya tidak panas, jadi meskipun pemakaiannya kemudian dilapisi oleh baju kaos tidak akan terasa panas. Dress aku pilih warna hitam supaya senada dengan kaos yang ada warna hitamnya, dan juga senada dengan celana yang juga berwana hitam. Entah kenapa kalau mengkombinasikan baju aku hanya berani 2 warna saja. Menurut perasaanku bila lebih dari 2 warna terasa rame sekali, dan aku menjadi tidak PD alias tidak Percaya Diri. Meski dalam keadaan terpaksa ada juga aku menggunakan warna lebih dari 2, itupun untuk baju batik.
Setelah Pipit selesai memotretku dengan berbagai macam posisi, maka kami langsung berkemas-kemas untuk turun ke ruang makan. Saat turun kami juga langsung membawa tas dan bekal untuk di bawa. Rencana, usai makan kami tidak kembali ke kamar, tetapi langsung ke bus. Sebab, pagi ini kami akan melanjutkan perjalanan menelusuri kota Bangkok.
Tiba di ruang makan, ternyata teman-teman juga sudah banyak berada di sini. Bahkan ada yang sudah selesai sarapan. Aku lihat si “pengawas keren” juga sudah ada. Aku dan Pipit ikut bergabung dengan beliau. Setelah meletakkan tas kecilku, aku menuju ke tempat makan. Aku lihat ada susu segar murni. Tentu saja ini yang aku ambil terlebih dahulu, karena aku memang menyukai susu segar murni, susu tanpa tambahan gula. Entah kenapa aku tidak suka minuman yang terlampau manis. Selanjutnya untuk makanan yang mengenyangkan aku mengambil nasi goreng, mihun goreng, telur, lalapan mentah, kemudian satu buah jeruk. Cukuplah pilihanku, karena sudah mencukup menu 4 sehat 5 sempurna.
Usai sarapan kami Empat Sekawan menuju depan hotel, biasalah mencari moment dan sudut hotel yang menarik untuk diabadikan. Tentunya ada kita di dalamnya, dan tentunya ada tulisan Livotelnya. Sayangnya bila latar belakangnya hotel, fotonya kurang jelas. Kulihat di pintu gerbang ada tulisan Lipoten, dan arahnya berbanding terbalik dengan arah hotel. Sehingga kalau berfoto di sini pasti jelas. Ternyata setelah di cek hasil foto jelas dan bagus. Hmmm…narsis lagi sepertinya. Bukan narsis, tapi eksis. Biasa berkilah kembali.

Potret Empat Sekawan di depan Livotel, Bangkok (Sabtu, 16/2/2019, foto pribadi)
Selanjutnya dapat ide berpose di depan dengan nomor kendaraan Bangkok. Kapan lagi, di Indonesia tak ketemu dengan nomor kendaraan seperti ini. Palingan Plat dengan BA Padang, BH Jambi, B Jakarta, atau F Bogor. Asyiklah kami empat sekawan secata bergantian berpose di depan sebuah mobil Bangkok. Tak tahu mobil milik siapa, yang jelas tentu bukan milik kami si empat sekawan.

Potret di depan mobil ber plat Bangkok (Livotel Bangkok, Sabtu/16/2/2019, foto pribadi)
Tak lama setelah kami berpose-ria, bus tumpangan kamipun tiba. Bergegaslah kami menuju ke bus tersebut. Tentunya tak lupa kami empat sekawan ambil dokumentasi foto lagi di samping bus, tepatnya bus nomor 2. Kapan lagi naik bus bertingkat. Jangankan di Tanah Datar kabupaten tempat asal ku, di Ibukota Sumatra Barat, Padang mana ada bus bertingkat seperti ini. Di kota Jakartapun sudah lama aku tak naik bus bertingkat. Masih kuingat terakhir naik bus bertingkat di Jakarta tahun 1989. Sudah lama sekaleeeee!
Sebelum naik bus kami berempat masih sempat melakukan foto bersama dengan memegang Spanduk Jelajah Literasi Bangkok. Jarang-jarang juga bisa seperti ini, biasa rame-rame rebutan pada ingin ikutan foto memegang spanduk. Lagi-lagi kalau foto rame-rame tidak jelas fotonya. Jadilah empat sekawan saja berfoto memegang spanduk, dengan latar bus tumpangan kami, bus bertingkat.

Potret empat sekawan memegang spanduk Jelajah Literasi Bangkok (Bangkok, Sabtu/16/2/2019, foto pribadi)
Setelah dirasa puas berpose, kami langsung naik ke atas bus. Apalagi pemandu wisata Buchori sudah memberi tanda kepada penumpang untuk naik ke dalam bus, terutama penumpang bus nomor 2. Seperti saat dkemarin kami empat sekawan duduk di tingkat 2. Aku duduk bersebelahan dengan si “pengawas keren”, dan Laila dengan Pipit. Aturan ini memang tidak boleh dirubah agar bisa ketahuan siapa yang belum naik ke atas bus. Teman sebangku wajib memastikan bahwa teman sebangku tidak tertinggal.
Setelah semua penumpang lengkap, bus melaju ke tempat tujuan. Saat memulai perjalanan Buchori memimpin kami berdoa dengan membacakan Surat Al-fatihah. Seperti halnya kemarin, dalam perjalanan Buchori selalu bercerita tentang hal-hal yang terkait dengan tempat yang dituju. Demikian juga dengan diriku sambil menyimak cerita Buchori, tanganku tak henti-henti mengabadikan perjalanan melalui kamera HP ataupun kamera Non-HP.

Potret suasana jalan raya pagi hari di Bangkok (Sabtu/16/2/2019, foto pribadi)
Informasi dari Buchori pemandu perjalanan bahwa rute pertama hari ini menuju River City Bangkok. Tapi apa itu River City Buchori tidak menjelaskannya. Buchori hanya menjelaskan bahwa River City Bangkok berlokasi atau beralamat: 23 Soi Charoen 24, Talat Noi, Samphanthawong, Bangkok 10100, Thailand. Letaknya di tepi Sungai Chao Phraya, sehingga tak heran lokasinya merupakan tempat pemandangan yang indah menyaksikan pesona sungai Chao Phraya, sungai terpanjang di Bangkok ini.
Ketika tiba di River City ini, tempat ini memang luas dan nyaman. Semula saat aku tiba di River City ini aku kira ini adalah bangunan hotel atau gedung para bangsawan. Sebab di samping bangunan ini kulihat ada 2 barisan seperti pengawal berpakaian hitam-hitam resmi dan necis, seperti akan menyambut seseorang atau menyambut rombongan. Melihat barisan itu aku jadi teringat seperti menonton film korea, di mana para barisan orang-orang tersebut sedang bersiap menyambut presiden atau pejabat. Sayang saat itu karena terpana melihatnya, sehingga aku lupa mendokumentasinya.
Aku lihat yang perempuan cantik-cantik dan rapi, demikian juga dengan yang laki-laki terlihat elegan.
Padahal tadinya aku berada dekat sekali dengan barisan mereka, namun aku perlahan menjauh takut menganggu kegiatan mereka. Meski sambil menjauh, mataku tak lepas melihat aksi mereka.
Sepertinya hanya aku yang sempat memperhatikan barisan seperti pengawal tersebut di atas. Karena teman-teman rombongan ku sibuk di depan bangunan ini untuk mengambil dokumentasi foto. Entah mengapa aku malas mengambil foto rame-rame. Sebab, setiap aku perhatikan pengambilan foto dengan jumlah orang yang terlalu banyak, hasilnya kurang jelas. Jadi, menurutku tak ikut berfoto pun tak apa-apa. Sekali-kali aku sempatkan juga untuk ikut, agar ada juga kenangan kebersamaan saat perjalanan.
Moment foto bagian depan gedung River City Bangkok ini sempat aku ambil. Di bagian kanan depan bangunan ini aku lihat 3 baris tuliasn. Baris pertama (atas) tertera tulisan besar River City, baris kedua (tengah) dengan tulisan agak kecil dari tulisan pertama tadi , yaitu Bangkok, serta di barisan ke tiga (bawah) tertera tulisan yang ukurannya lebih kecil dari tulisan baris kedua, yaitu The Anchor of Arts & Antique.

River City Bangkok (Sabtu, 16/2/2019, foto pribadi)
Selanjutnya aku perhatikan di tengah depan bagian atas gedung River City Bangkok ini terdapat foto dengan ukuran besar. Teihat fotonya seorang laki-laki dengan pakaian kerajaan. Aku menduga foto itu adalah foto Raja Thailand, Maharaja Vajiralongkorn. Sebab, aku pernah melihat foto seperti itu di internet.
Ternyata setelah aku lihat dari dekat benar saja dugaan ku, karena di bawah foto tersebut terdapat 2 baris tulisan yang merujuk ke foto tersebut. Tulisan baris pertama (atas) berbahasa Thailand, sedang baris kedua berbahasa Inggris tertulis LONG LIVE THE KING. Jadi benar foto tersebut adalah Raja Thailand. Foto raja tersebut terlihat gagah dengan pakaian putih berselempang kuning, serta tersemat di sana bintang tanda jasa atau kehormatan.
Selain itu saat teman-teman sibuk berfoto bersama, aku mencari moment foto yang lain. Beberapa moment dan sudut penting dari bagian River City ini sempat aku dokumentasikan. Aku asyik melihat pajangan-pajangan di etalase-etalasae. Ada salah satu etalase yang menarik hatiku. Di dalamnya terpajang produk kerajinan cantik dan unik. Namun bukan produk kerajinan itu yang menjadi perhatianku. Tetapi adanya sepasang foto yang terpanjang di dalam etalase tersebut yang membuat aku tertarik. Aku tidak tahu itu foto siapa, sebab saat itu tak ada tempat untuk bertanya. Namun, yang jelas sepasang foto tersebut laki-laki dan perempuan. Orang yang ada di foto tersebut tersebut telihat elegan, apalagi yang perempuan menggunakan pakaian Thailand. Seperti ratu layaknya. Cantik dan elegan kesannya saat aku melihatnya. Itu menurutku. Tentu saja aku ingin mengabadikan diriku di tempat itu. Aku lihat di sekitar itu yang ada hanya orang Thailand yang juga sedang asyik ber-selfi ria di sekitar tempat itu. Sebenarnya bisa saja aku foto selfi. Namun, jujur saja aku kurang suka foto selfi, menurutku tidak alami.
Alhamdulillah, akhirnya tak berapa lama pucuk dicinta ulam tiba. Tiba-tiba muncul si “pengawas keren”. Ternyata ia juga tidak ikut berpotret bersama dengan rombongan. Sehingga tanpa membuang-buang kesempatan, seketika itu juga aku minta dipotret di etalase cantik River City ini.

Potret di depan sebuah eatalase River City Bangkok (Sabtu, 16/2/2019, foto pribadi)
Lalu aku dan temanku si pengawas keren melihat-lihat lagi tempat sekitar yang bisa dijadikan latar untuk berpose. Akhirnya berkat kemauan dapat juga suatu tempat yang bagus, dan lebih bagus lagi ada tulisan River City Bangkoknya yang sangat jelas. Kemudian bergantianlah kami saling memotret di sini.

Potret ketika berada di River City Bangkok (Sabtu, 16/2/2019, foto pribadi)
Aku menjadi penasaran. Apa sih River City Bangkok ini? Apa isi di dalam geduh yang megah ini? Gedung dengan petugas seperti pengawal orang penting? Rupanya belakangan aku tahu bahwa tempat ini adalah sebuah mall.
River City Bangkok, The Anchor of Arts & Antique sesuai dengan namanya maka tempat ini merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang spesialisasinya menjual barang-barang antik, koleksi barang seni, fashion, dan banyak lagi. Menurut informasi dari Buchori pemandu wisata rombongan kami bahwa mall ini adalah mall yang indah, surga yang tenang, dan tempat terbaik dari kota yang super sibuk ini. Dijelaskan Buchori bahwa mall ini telah ada sejak tahun 1984.
Di sini bisa ditemukan harta karun warisan benda-benda Asia Tenggara, termasuk patung Budha, keramik, barang-barang Thai Benjarong (peta porselin), peta, dan cetakan tua, ornament emas, dan perak, dan ukiran kayu rumit, Juga perhiasan Dekorasi rumah, termasuk topeng kayu, patung perunggu, dan kerajinan tangan Thailand, juga tersedia di mall ini.
River City Bangkok ini merupakan bangunan pusat perbelanjaan yang terdiri dari 4 lantai, pagi dibuka jam 10.00 dan malam ditutup jam 22.00. Mulanya aku heran mengapa tempat yang indah, megah, luas, dan nyaman seperti ini sepi? Setelah aku tahu ini sebuah mall dan baru dibuka jam 10.00, pantas saja sepi. Saat kami tiba di sini baru jam 08.00. Lagi pula tujuan kami hari ini bukan ke mall. Tetapi ke Wat Arun. Untuk mencapai Wat Arun, memang ke River City dulu karena River City ini dekat dermaga. Kemudian dari dermaga naik perahu motor melintasi Sungai Chao Phraya barulah tiba di Wat Arun.
Namun, seperti telah aku ceritakan di atas bahwa mall River City Bangkok adalah sebuah mall yang indah, megah, elegan, serta terkesan antik dari luar, maka tak ada salahnya bila aku mengabadikannnya dalam foto dan menggoreskannya keindahannya dalam bentuk tulisan. Sehingga ada juga kenang-kenangan ku saat berada di River City Bangkok ini, meskipun aku tidak sempat masuk kedalam bangunan ini. Lagi pula, kalaupun masuk ke mall ini, tak ada yang akan aku beli, karena tujuanku ke Bangkok ini bukan untuk shopping, tapi untuk menyaksikan sebuah kota yang sejak kecil hanya namanya saja yang ada di kepalaku. Sekarang aku berada di kota itu, dan kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Menurutku sekecil apapun moment yang dapat aku abadikan, Insha Allah moment itu aka ada manfaatnya bila kita pandai menggunakannya. Bukankah begitu?
Setelah aku mendapatkan beberapa moment foto di River City ini aku bergabung dengan rombongan. Karena telah terdengar pemandu wisata Buchori memerintahkan kami menuju dermaga dan menaiki perahu motor melintasi Sungai Chao Phraya menuju Wat Arun. Bagaimana kisah selanjutnya, nantikan ya! Oke!
Tinggalkan Balasan