KESAN PERTAMA DMK-BANGKOK
Perjanalan menuju DMK-Bangkok hampir tiba. Biasanya saat pesawat hendak take of, apalagi pesawat yang kutumpangi mendarat di negera lain aku senantiasa mengabadikannya melalui video kameraku. Bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk disimpan sebagai kenang-kenangan, sebagai bukti perjalananaku si perempuan kampung di negara orang. Namun, karena cuaca kurang bersahabat, kali ini aku tidak mengabadikannya. Perjalanan kali ini sempat membuat hati ini cemas. Aku hanya dapat berdoa dan memasrahkan diri pada takdir Allah SWT, semoga Allah memberikan perlindungan dan keselamatan pada kami.
Akhirnya, setelah menempuh penerbangan selama 3,5 jam, sampai juga kami di Bandara DMK-Bangkok, sekitar pukul 10.00. Sudah tentu, rasa syukur yang mendalam aku tujukan kepada keharibaan Allah SWT, karena pesawat yang aku tumpangi Thai Lion dapat landing dengan selamat di DMK-Bangkok. Rasa cemas, bosan, pusing, lelah dan kantuk karena lamanya penerbangan yang kurasakan, langsung sirna seketika tergantikan oleh semangat 45 untuk segera melihat Negara Thailand.
Setelah pesawat dipastikan berhenti dengan sempurna, barulah para penumpang bersiap-siap untuk turun dari pesawat. Aku segera mengambil rangselku, dan memegang HP di tanganku. Karena nanti saat sudah turun, aku akan mengabadikan diriku telah berada di Negeri Gajah Putih Thailand. Tepatnya aku berfoto di samping pesawat Thai Lion. Aku minta tolong pada temanku si “pengawas keren” untuk mengabadikan foto saat pertama aku berada di kota Bangkok. Sebaliknya aku gantian menjadi fotografer bagi teman-teman ku yang lainnya.

Dokumentasi foto di samping Thai Lion, DMK-Bangkok (Jumat, 15/2/2019, foto pribadi)
Setelah pengambilan foto, kami memasuki bandara. Sambil melangkah aku masih sempat memperhatikan sekitar bandara. Kulihat bandara DMK-Bangkok ini tidak sebesar Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. Terlihat Jejeran pesawat di bandara DMK-Bangkok ini tidak sebanyak jejeran pesawat yang ada di Bandara Soekarno Hatta. Hmmm….dalam hati wajarlah, karena Bandar udara yang besar di Bangkok adalah Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi (BKK) Bangkok. Sebagaimana referensi yang aku baca di internet bahwa bandara DMK-Bangkok telah digantikan oleh Bandara Suvarnabhumi (BKK) menjadi bandara internasional di Bangkok. Sementara DMK tetap digunakan sebagai pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Thailand (Royal Thai Air Force). Thai Airways dan kebanyakan maskapai penerbangan berbiaya murah menggunakan DMK untuk melayani penerbangan domestik, untuk mengurangi padatnya bandara Suvarnabhumi.
Seperti biasa kami memasuki bandara sesuai prosedur bandara internasional. Mulai dari cek paspor sampai masuk dan mengambil bagasi. Tak lupa perugas juga meminta Departure Card. Beruntung tadi di pesawat aku dan 3 temanku yang lainnya (EMPAT SEKAWAN) telah mengisi Departure Card tersebut. Kulihat pada umumnya teman-teman lainnya belum mengisi, sehingga mereka tidak bisa langsung ke tempat petugas cek paspor. Mereka harus mengisi Departure Card tersebut terlebih dahulu. Apabila tidak mengerti, maka pengisiannnya akan memakan waktu. Oleh karena aku telah mengisinya, maka teman-teman lainnya mencontoh Departure Card yang telah aku isi tadi, tentunya disesuaikan dengan data mereka masing-masing.
Sambil menunggu teman-teman mengisi Departure Card, aku memperhatikan sekeliling Bandara DMK-Bangkok ini. Aku amati sama halnya saat aku ke Malaysia dan Brunei, terlihat pemeriksaan paspor di DMK-Bangkok terhadap pengunjung secara tertib. Para pengunjung tertib antri di tempat pemeriksaan cek paspor.

Suasana antrian di tempat cek paspor, DMK-Bangkok (Jumat, 15/2/2019, foto pribadi)
Usai cek paspor kami menuju tempat meeting point, tempat Rombongan Jelajah Literasi Bangkok MediaGuru Indonesia 2019 berkumpul. Meeting Point kami memang di DMK-bangkok sesuai itinary. Sesuai kesepakatan karena peserta jelajah berasal dari daerah yang berbeda-beda di Indonesia, maka akan lebih praktis berkumpul di Bangkok dibandingkan berkumpul di Jakarta.
Ternyata di tempat meeting point telah banyak peserta yang berkumpul. Rombongan kami langsung bergabung. Ada yang berasal dari daerah Aceh, Medan, Pangkal Pinang, Jakarta, Bogor, Karawang, Bandung, Purworejo, Kudus , dan lain‐lain. Bahkan ada yang berasal dari Pulau Kalimantan. Alhamdulillah, senangnya dapat bergabung dengan penulis hebat tanah air. Selain dampat bersilaturrahmi dengan Guru Penulis Indonesia, semoga pertemuan ini banyak memberi manfaat dan menambah wawasan tentang kepenulisan.
Hal pertama yang dilakukan saat bertemu dengan teman-teman di tempat meeting point tentu saling bersilaturrahmi. Selanjutnya aku dan rombongan melakukan kegiatan lain sambil menunggu rombongan lainnya yang belum tiba. Sebab, sebelum semua peserta lengkap, tentu kami belum bisa melanjutkan perjalanan.
Sambil menunggu rombongan yang masih dalam perjalanan, aku dan dua orang temanku (Pipit dan Laila) pergi ke toilet untuk ganti baju. Sebab, agenda pertama di Bangkok adalah mengikuti Seminar “Digital Literacy Towards the Industrial Revolution 4.0 Era” di gedung Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Bangkok. Sesuai keputusan rombongan jelajah, saat kegiatan seminar, busana yang digunakan adalah batik. Oleh karena saat dari Soetta Jakarta tadi pagi aku tidak menggunakan batik, tapi baju biru dongker, tentunya harus aku tukar dengan batik.
Kesan pertama yang membekas adalah saat aku ke toilet di DMK-bangkok adalah tak ada air untuk membasuh setelah buang air kecil dan buang air besar. Rupanya di sini membersihkan hanya menggunakan tissue. Aduh…..mana aku bisa seperti itu. Merepotkan dan menyusahkan saja. Untuk ke toilet ini aku harus antri panjang terlebih dahulu, eh….saat pas sampai ditoilet, airnya tak ada. Terpaksa aku keluar lagi dari toilet dan mengambil botol aqua yang ada dalam rangsel aku. Kebetulan botol aquanya memang kosong, dan aku kembali ke tolilet dan langsung mengisi botol aqua tersebut dengan air yang ada di westafel di luar toilet. Setelah botol aqua terisi penuh aku kembali lagi ke toilet, dan tentu saja aku harus antri kembali. Wow…pengalaman pertama dan berharga. Dalam hati sesudah ini kalau ke toilet bawa dulu air dalam botol aqua baru antrian. Jangan sampai antrian 2 kali seperti ini. Kalau antrinya pendek sich tak apalah, tapi kalau antrian panjang begini repot dan capek juga berdiri terus menunggu giliran.
Setelah selesai membasuh apa yang perlu dibasuh, aku langsung ganti pakaian dan menggunakan batik. Sebenarnya aku menyediakan atasan batik dan rok. Namun, karena usai seminar masih ada perjalanan, maka demi kepraktisan aku tidak jadi menggunakan rok, tetapi celana panjang. Beruntung aku selalu memiliki baju atasan yang ukurannya panjang, bahkan kali ini panjangnya hingga betis. Sehingga kalaupun menggunakan celana panjang tak terlalu jelas dan kesannya tetap sopan. Lagi pula kulihat tadi teman-teman yang telah berganti busana dengan batik, pada umumnya mereka juga menggunakan celana panjang. Hanya satu atau dua orang saja yang menggunakan rok.
Usai berpakaian dan sedikit berbedak ria, aku kembali ke tempat meeting point, dan ternyata teman-teman belum juga semua tiba. Kesempatan ini aku dan 3 teman ku (kami si Empat Sekawan, aku, Pipit, Laila, dan “si pengawas keren”) gunakan untuk berkeliling bandara mencari makanan. Setelah bertanya‐tanya kami dapatkan informasi bahwa makanan halal ada di lantai 3 bandara. Bersemangat 4 sekawan menunju lantai 3, namun apa yang kami cari tidak bertemu. Tengok sana, tengok sini, tak jua bertemu. Akhirnya karena letih berputar-putar di lantai 3, kami berhenti di sebuah toko sejenis KFC. Teman-teman langsung membeli masing-masing 1 porsi. Aku sih tak ikut. Entah kenapa aku merasa ragu-ragu, apakah itu makanan halal atau tidak. Lagi pula aku tak perlu merisaukan karena tak membeli, sebab di rangsel ku masih ada bekal makanan yang bisa disantap dan dijamin halal. Bekal makanan yang memang telah aku siapkan dari kampung. Sambil menunggu pesanan dikemas oleh si penjual, aku sempatkan berfoto di depan toko tersebut.

Dokumentasi foto di depan salah satu toko makanan, DMK-Bangkok (Jumat, 15/2/2019, foto pribadi)
Semua pesanan telah dibungkus dan diterima oleh salah seorang temanku, lalu kami kembali ke tempat meeting point. Saat perjalanan menuju meeting point kami masih sempat melakukan foto ria di tempat-tempat yang kami anggap perlu untuk diabadikan.

Empat sekawan berpose di salah satu sudut DMK-Bangkok (Jumat, 15/2/2019, foto pribadi)
Setelah puas ber-foto ria, baru kami menuju tempat meeting point. Di tempat meeting point kulihat macam-macam saja yang dilakukan oleh peserta. Ada yang asyik mengobrol dengan sesama peserta, ada yang asyik dengan HP nya, ada yang asyik selfi, ada yang sedang menelpon keluarganya, ada juga yang yang tertidur di kursi. Bahkan ada juga sedang menyantap nasi atau sekedar makan cemilan. Ada juga yang bercerita tentang makanan yang baru saja mereka makan di DMK-Bangkok ini.
Asyik juga mendengar mereka bercerita terkait makanan. Ada yang bercerita bahwa ia makan nasi Briyani dengan Beef (daging sapi ), dan katanya pertama kali ia mencobanya walau terasa agak aneh karena perut lapar akhirnya habis juga. Ada juga makan siang di DMK dengan menu khas Thailand yaitu Kha Niew Muang atau Mango Sticky Rice. Katanya Kha Niew Muang adalah menu dengan bahan dasar nasi ketan yang pulen (lengket), dihidangkan dengan potongan buah mangga yang manis ditambahkan kuah santan yang gurih. Ada juga yang bercerita menyantap Tom Yung Kung. Katanya cita rasanya lebih enak, kuahnya yang gurih dan aroma udang yang kental. Ada juga yang hanya menyantap menu sehat Som Tom Papaya atau salad. Katanya menu ini adalah menu dengan bahan buah dan sayur segar yang diberikan bumbu pedas dan sedikit asin menambah cita rasa salad ini. Dan masih banyak celoteh lain tentang makanan yang aku dengar dari para peserta lainnya.
Entah karena memang sudah waktunya untuk makan, atau karena menyaksikan teman sedang makan, atau karena mendengar penuturan teman-teman tentang makanan yang telah mereka santap di DMK-ini, maka secara otomatis perutku menjadi terasa keroncongan tandanya minta diisi juga. Rupanya demikian juga dengan 3 teman ku yang lainnya. Akhirnya kami putuskan untuk makan. Aku langsung mengeluarkan bekal makanan dari rangselku dan segera aku buka, dan tak lupa menawarkan kepada teman ku yang lain, mana tahu mereka suka makan ikan goreng sepat buatanku. Ternyata ikan sepat buatanku lebih menggoda dibanding goreng ayam yang mereka beli tadi. Akhirnya mereka makan nasi putih yang dibeli dari lantai 3 tadi dengan lauk ikan sepat bawaanku, ditambah dengan rendang bawaan Pipit. Ya, tentu saja sedaplah! Wajarlah, dimana dan kapan saja kalau yang namanya lapar tentu yang dimakan serasa lezat.
Tak lama usai makan, waktu dzuhur pun masuk. Secara otomatis kami bersiap-siap melakukan salat dzuhur. Bandara DMk-Bangkok menyediakan tempat salat, dan kami bersegera ke tempat salat tersebut. Usai salat, kami kembali lagi ke tempat meeting point. Tiba di tempat metting point aku tidak ke tempat duduk, tetapi pergi ke luar bandara. Kebetulan tempat meeting point berdekatan dengan jalan raya. Aku sempat berfoto di sini dengan latar belakang bertuliskan 2 bahasa, sebelah atas dengan bahasa thai dan sedangkan di bawahnya dengan bahasa Inggris, yaitu International Terminal.

Dokumentasi foto di depan Bandara DMK-Bangkok (Jumat, 15/2/2019, foto pribadi)
Aku amati di luar bandara kegiatan berjalan dengan tertib. Tidak ada penumpukan kendaraan di luar bandara. Semuanya tertib. Sepertinya budaya antri memang terlaksanakan dengan baik di sini. Seperti tadi meski ke toilet antrian selalu tertib, tidak saling berebut. Demikian juga saat antrian di tempat lainnya, seperti antrian di tempat cek paspor, antrian di minimarket, antrian pencarian taxi, dan antrian lainnya. Tentu saja hal ini salah satu contoh positif yang dapat aku bawa dan aku ceritakan pada anak didikku di SMAN 2 Rambatan, Tanah Datar Sumtra Barat tempat ku bertugas.
Setelah puas menyaksikan kondisi di luar bandara, aku kembali ke tempat duduk. Capek juga berjalan-jalan terus. Lebih baik duduk dan beristirahat, sambil menunggu jadwal berikutnya, yaitu menuju tempat seminar SEAMEO. Demikian kesan selama di DMK-Bangkok. Tunggu kisah perjalanan berikutnya menuju SEAMEO. Oke!
Tinggalkan Balasan