Catatan Persiapan UKG 21 Pembelajaran Kurikulum 2013: Inquiry-Discovery , Problem Based Learning, & Project Based Learning
A. Materi
Menurut Permendikbud No.65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemsmpuan peserta didik untuk menghasilkan karya konstektual, baik individu maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakaj pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basic learning).
1. Inquiry-Discovery
a. Pengertian
1) Pendekatan Discovery
Menurut Efendi (2010:114) bahwa dapat diartikan sebagai hasil pencarian pengetahuan (“discovery can be thought of ad this result of seeking knowledge). Dipihak lain, Selfer (1991) mengemukakan bahwa diskoveri merupakan suatu pendekatan pembelajaran atau pendidikan yang menuntut anak didik menemukan ide-ide dan informasi melalui usaha belajar sendiri dari materi-materi yang telah diberikan kepada mereka.
2) Pendekatan Inquiry
Menurut Effendi (2010:115) bahwa pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri. Kata kunci pendekatan inkuri adalah “menemukan sendiri”. Pendekatan inkuiri mempunyai tahapan kerja sebagaimana para ahli menggunakan pendekatan ini dalam melakukan eksperimen.
3) Sulit memisahkan Inquiry-Discovery
Seperti penjelasan tentang pengertian discovery tersebut di atas terjadi perbedaan, dimana Efendi menyakan discovery diartikan dengan hasil pencarian pengetahuan, sedangkan Selfer menyatakan diskoveri adalah menemukan ide-ide. Secara logikanya bila melakukan pencaharian , maka hasil akhirnya adala penemuan dari pencaharian tersebut, sebaliknya akan mustahil menemukan sesuatu tanpa melakukan pencaharian. Oleh karena itu tak salah pernyataan Effendi (2010: 114) bshwacSulit memang membedakan secara tajam antara inkuiri dan discoveri, dan sulit pula dipisahkan satu sama lainnya, oleh karena itu sering orang menggandeng kedua istilah ini dengan srbutan pendekatan “inkuiri-diskoveri”
Menurut Sagala (2012:196) bahwa pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembagkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Rusman (2011:194-195) menyatakan bahwa menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Dimana melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain diperlukan. Bukan merupakab hasil mengingat dari seperangkat fakta-fakta , tetapi merupakan hasil mengingat sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran “inquiry dan discovery” (mencari dan menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL “inquiry dan discovery”) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama yaitu model atau sistem pembelajran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing
b. Tahapan
Menurut Sagala (2012:197) bahwa ada lima tahapan yang ditempuh dalam melsksanakan pendekatan Inquiry/discovery yakni:
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikensl dengan istilah hipotesis
3) Siswa mencari informasi, datam fakta yang perlu untuk menjawab permasalahan/hipotesid
4) Menarik kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.
c. Manfaat
Menurut Sagala (2012:198) bahwa Pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang harus dipelajari. Membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa dibimbing oleh guru. Menurut Sagala (2012:196) Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuadan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran. Dimana hasil pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiru, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan guru
2. Problem-Based Learning
1. Pengertian
Ibrahim dan Nur (2000:2) dalam Rusman (2011:241) mengemukan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Selanjutnya Depdiknas (2002:12) dalam Rusman (2011:241) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Suprijono (2013:68-69) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau “discovery learning”. Mengenai “discovery learning”, Johnson membedakannya dengan “Inquiry Learning”. Dalam “discovery learning”, ada pengalaman yang disebut “….Ahaa…experience” yang dapat diartikan seperti, “….Nah, ini dia”. Sebaliknya “Inquiry Learning” tidak selalu sampai pada proses tersebut. Hal ini katenw proses akhir “discovery learning” adalah penemuan, sedangkan “Inquiry Learning” prosew akhir terletak pada kepuasan kegiatan meneliti.
Selanjutnya dinyatakannya bahwa walaupun ada pendapat yang membedakan antara “discovery learning” dan “Inquiry Learning” keduanya memiliki persamaan. “Discovery learning” dan “Inquiry Learning” merupakan pembelajaran beraksentuasi pada masalah-masalah konstektual. Keduanya merupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas penyelidikan.
2. Bentuk Formulasi Struktur Pembelajaran
Menurut Rusman (2011:239) bahwa struktur pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya digambarkan dalam sebush bentuk formulasi sebagai berikut:
a. Menemukan Masalah —–>Analisa Masalah—> Penemuan dan Pelaporan —>Integrasi dan Evaluasi
b. Menemukan Masalah —–>Inquiry Masalah—> Mengangkat Isu Belajar —>Penemuan dan Peer Teaching——–> Menyajikan Solusi ——–> review
c. Menemukan Masalah —–>Analisis—> Penelitian & Kerja Lapangan ——->Pelaporan dan Peer Teaching——–> Menyajikan Temuan——> Refleksi dan Evaluasi
Sebenarnya variasi pola pengembangan tersebut di atas cukup beragam, karena sifatnya relatif dan tergantung pada bagian mana yang ditekankan.
3. Project Based Learning
a. Pengertian
Project Based Learning atau dengan akronim PBL adalah pemanfaatan proyek dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, di mana siswa menggunakan pertanyaan-pertanyaan investigatif dan juga teknologi yang relevan dengan hidup mereka. Proyek-proyek ini juga berfungsi sebagai bahan menguji dan menilai kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu, bukan dengan menggunakan ujian tertulis konvensional (https://nuzan.wordpress.com)
b. Karakteristik
Secara umum, karakteristik PBL (https://nuzan.wordpress.com )adalah sebagai berikut:
1) Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah ditentukan bersama sebelumnya
2) Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak memiliki satu jawaban pasti
3) Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi
4) Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi
5) Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang mereka kumpulkan.
6) Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk memberi pencerahan bagi siswa.
7) Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung
8) Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka lakukan, baik proses maupun hasilnya
9) Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa berupa presentasi, drama, dll) dipresentasikan di depan umum (maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada dewan guru, orang tua, dll) dan dievaluasi kualitasnya
10) Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.
c. Manfaat
Dalam PBL, siswa mengembangkan sendiri investigasi mereka bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga siswa secara otomatis akan mengembangkan pula kemampuan riset mereka. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pendefinisian masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan aktivitas investigatif lainnya. Mereka didorong untuk memunculkan ide-ide serta solusi realistis. Pendekatan PBL ini menciptakan lingkungan belajar di mana siswa “membangun” pengetahuan mereka sendiri. Guru di PBL benar-benar lebih berfungsi sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran ini benar-benar diutamakan antusiasme dan keterlibatan para siswa dalam proses belajar mengajar (https://nuzan.wordpress.com)
B. Contoh Soal
1. Langkah awal dalan pelaksanaan PBL adalah….
a. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
b. Mengirganisasiksn diri untuk memeliti
c. Investigasi mandiri dan kelompok
d. Pengembangan ide dan mempresentasikan laporan hasil penyelidikan
Jawab: A
2. Metode mengajar di bawah ini yang paling cocok digunakan dalam model PBL adalah….
A. Ceramah
B. Demonstrasi
C, Tanya Jawab
D, Proyek
Jawab: D
Referensi
Effendi, Z.M. 2010. Istilah-istilah dalsm Praktuk Mengajar dan Pembelajaran.
PermendiknasvNo. 65 tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Sagala, S. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
https://nuzan.wordpress.com/2012/07/21/pengertian-pbl-project-based-learning-pembelajaran-berbasis-proyek/
Tinggalkan Balasan