Catatan 21 Studi Banding Internasional: Singgah dan Sekilas Mengenal Batam
A. Pengantar
Siapa tak kenal Batam, sebuah pulau dengan nama yang sama dengan kotanya, yaitu Batam yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional sehingga menjadikan wilayah ini andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Banyak faktor yang menyebabkan hal di atas terjadi, salah satunya, yaitu letaknya yang strategis, terutama bagi jalur perdangan luar negeri. Di mana sebagaimana kita ketahui bahwa Batam hanya 20 kilometer jauhnya dari Singapura dan sekitar 25 km dari Johor bahru di Malaysia, sehingga dengan letaknya ini banyak warga manca negara ke pulau inil baik untuk tujuan bisnis ataupun melancang. Misalnya, akibat Pulau Batam yang letaknya begitu dekat dengan Singapura, sehingga membuat orang-orang Singapura sering datang untuk berakhir pekan di Batam dan inilah sebabnya Batam menjadi begitu populer. Batam menjadi tempat kedua setelah Bali sebagai tempat paling menarik untuk dikunjungi.
Alhamdulillah, kali ini kami rombongan Studi Banding Internasional Siswa Berprestasi dan Pembimbing Kabupaten Tanah Datar 2015 berkesempatan untuk berada di Batam, yaitu tepatnya tanggal 19 dan 20 September 2015. Di mana setelah usai menjalani beberapa Agenda di Singapura, kemudian dengan jalur laut kami menumpangi Ferry Expres menuju Batam. Mungkin sudah banyak yang mengunjungi Batam ini, namun bagi penulis adalah kali pertama ke tempat ini. Cuma sayang agenda kami tak lama di sini, dan selama di Batam ini penulis hanya ke Nagoya Hill Shophing Mall Hypermart dan singgah di Barelang. Sudah tentu dampaknya tak banyak yang bisa penulis lihat dan ceritakan kali ini. Tapi, nggak apalah yang penting pemulis sudah pernah ke Batam. Khusus bagi yang belum pernah ke Batam, untuk sementara bisa ikuti sekilas cerita tentang Batam di bawah ini!. Oke!

Dokumentasi Foto dengan Latar Nagoya Hill Shopping Mall Hypermart Batam
B. Sejarah Pulau Batam
Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan dan mana nama Batam itu diambil, yang jelas Pulau Batam merupakan sebuah pulau besar dan 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Satu-satunya sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai sampai saat mi adalah Traktat London (1824). Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan dan catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam telah didiami oleh orang laut sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura disebut Pulau Ujung. Pada masa jayanya Kerajaan Malaka, Pulau Batam berada di bawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah. Setelah Malaka jatuh, kekuasaan atas kawasan Pulau Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang P. Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pada pertengahan abad ke.18. Dengan hadirnya kerajaan di Riau Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, sampai berakhirnya keraj aan Melayu Riau pada tahun 1911.
Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dan gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.
C. Sejarah Kota Batam
Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu. Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagaiSingapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB) sebagai penggerak pembangunan Batam. Kini menjadi Badan Pengusahaan (BP Batam).Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah Kecamatan Batam yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam (BP Batam). Di era reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi, yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikutsertakan Badan Otorita Batam (BP Batam).
D. Latar Belakang Kota Batam
Menurut sejarah, pengembangan Pulau Batam dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya berasal dari Pemerintahan Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan Republik Singapura dan kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham moderat. Sejarah pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M atau sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta saat datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang diprakarsai oleh bangsa Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan Singapura telahmenjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14). Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231 M. Ketika Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi oleh perairan, wilayah ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Temanggung Tempatan (pemimpin wilayah).
Akibat dari pesatnya perdagangan tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta Lingga/Daik menjadi kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, pulau Sumatera Bagian timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka. sampai akhirnya datang bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang kemudian mengambil alih tampuk kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya dan muncullah paham politis yang baru.
Di abad ke-19, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat malaka. Bandar Singapura juga maju pesat, mengakibatkan Belanda dengan berbagai cara ingin menguasai perdagangn Melayu dan aktivitas lainnya yang melewati kawasan tersebut. Terjadilah penyusupan tersembunyi yang dilkukan oleh pedagang Singapura. hal ini sangat menguntungkan pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura sebagai tempat bersembunyi dari gangguan patroli Belanda.
Pada 17 Maret 1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani perjanjian London (Anglo-Deutch Tractate berisi : Belanda mengaku kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bencoolen (Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai kepuluan Riau). Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat di Lingga berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan membagi wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau menjadi tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang Dipertuan Muda di Penyengat dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan. namun secara umum yang menjadi titik sentral dalam menjalankan roda pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang Dipertuan Muda yang berkedudukan di Penyengat.
Batam sendiri saat itu, merupakan wilayah kekuasaan Tumenggung, Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung Abdul Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di Penyengat, mengeluarkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudia mengembangkan usahanya di pulau Batam. Slaah satunya mendirikan pabrik batu bata. Pada tahun 1965 Temasek melepaskna diri dari Federasi Malaysia (1963-1965) untuk menjadi negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1957, Tanjung Pinang dinobatkan sebagai pusat pemerintahan dan bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjung Pinang kemudian ditetapkan sebagai ibukota propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru yang terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di antaranya pulau Batam.
E.Kota Batam
1. Geografi
Kota Batam adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau,Indonesia. Wilayah kota Batam terletak di Pulau Batam dan seluruh wilayahnya dikelilingi Selat Singapura dan Selat Malaka. Batam adalah kota terbesar di Kepulauan Riau dan kota terbesar ketiga di wilayah Sumatera setelah Medan dan Palembang menurut jumlah penduduk. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam Per April 2012, jumlah penduduk Batam mencapai 1.153.860 jiwa.
Wilayah Metropolitan Batam terdiri dari tiga pulau, yaitu Batam, Rempang danGalang yang dihubungkan oleh sebuah jembatan, yakni Jembatan Barelang.
Kota memiliki luas wilayah daratan seluas 715 km², sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.575 km². Kota Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 derajat celsius. Kota ini memiliki dataran yang berbukit dan berlembah. Tanahnya berupa tanah merah yang kurang subur dan cuaca yang sering berubah sehingga untuk dijadikan lahan pertanian hanya tanaman yang dapat tumbuh tanpa mengikuti musim.
Batas-batas Kota Batam:
Utara Selat Singapura dan Singapura
Selatan Kabupaten Lingga
Barat Kabupaten Karimun
Timur Pulau Bintan dan Tanjung Pinang
2. Perekonomiam
Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an oleh Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali lipat.
Batam adalah zona ekonomi khusus di Indonesia. Batam adalah pusat pabrik-pabrik elektronik dan fasilitas bagi sektor pelayanan perminyakan. Beberapa orang asing tinggal di Batam untuk bekerja.
Beragam sektor penggerak ekonomi meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa merupakan nadi perekonomian kota batam yang tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain. Keberadaan kegiatan perekonomian di Kota ini juga dalam rangka meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Parawisata
Didukung oleh fasilitas hotel dan resort berstandar internasional serta aneka kegiatan wisata yang disusun dalam Kalender Kegiatan Kepariwisataan Kota Batam, diharapkan dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan wisatawan domestik dan mancanegara saat berkunjung ke Kota Batam.
a. Tempat Penginapan unggulan
Tempat penginapan atau hotel-hotel unggulan yang dapat digunakan selama berada di Batam sebagai berikut:
• Harris Hotel
• Mercure Hotel
• Amaris Hotel
• Nagoya Hill Hotel
• Novotel Hotel
• Pacific Palace Hotel
• Planet Holiday Hotel
• Swiss Bel-Hotel Harbour Bay
• Seruni Hotel
• Formosa Hotel
• Turi Beach Resort
• Montigo Resort
• Nongsa Point Marina
• The BCC Hotel & Residence
• I Hotel
• Harmoni Suites Hotel
• Harmoni One Hotel
Dari 17 tempat menginap atau hotel-hotel unggulan di atas, rupanya penulis, teman-teman, serta beberapa siswa bimbingan sempat berfoto di depan Nagoya Hill Hotel. Kalau dilihat bangunan fisiknya dari luar jelas sekali hotel tersebut megah, dan sudah tentu sangat jauh berbeda dengan fisik bagunan dari hotel tempat kami menginap.

Dokumentasi Foto dengan latar Nagoya Hill Hotel Batam
Jujur saja sebelumnya penulis tidak mengenal tentang Batam, apalagi tempat-tempat menginap atau hotel-hotel unggulan di Kota Batam. Hanya saat memulai perjalanan Studi Banding Internasional ini telah diinformasikan oleh panitia dan guide bahwa setelah dari Singapore rombongan akan kembali ke Indonesia melalui jalur laut, yaitu route Singapore-Batam. Dan diinformasikan juga tiba di Batam malam hari, sehingga akan menginap semalam di Hotel Seruni. Dan, rupanya memang sesuai dengan info tersebut. Karena setiba di Batam tepatnya pada Sabtu 19 September 2015 Jam 18.30, guide membawa rombongan kami langsung ke Hotel Seruni. Dilihat dari pelayanannya yang baik dari para tugas, maka menurut penulis pantaslah hotel ini termasuk tempat atau hotel unggulan di Batam. Malah ada terlintas dalam pikiran penulis, bila suatu waktu ke penuis ke Batam nanti nginap di hotel ini saja,
Ada yang penulis sayangkan, yaitu entah kenapa, mungkin karena lupa atau karena rasa capek yang melanda badan, sehingga penulis tidak mengambil dokumentasi foto selama di hotel Seruni ini, dan dampaknya tentu saja penulis tidak memiliki dokumentasi foto tempat kami menginap ini.
b. Tempat-tempat wisata bahari, alam, dan jelajah
Adapun tempat-tempat wisata bahari, alam, dan jelajah yang bisa dikunjungi di Batam adalah:
Jembatan Barelang
Alun-alun Engku Putri
Bekas kamp pengungsi Vietnam
Pulau Galang
Pantai Nongsa
Pantai Melur, di Pulau Galang melalui Jl. Trans Barelang
Golden Prawn Bengkong
Pantai Sekilak
KTM Resort (terdapat patung Dewi Kwan-Im raksasa)
Berbagai resort berstandar internasional yang menyediakan fasilitas hotel dan lapangan golf
Pantai Melayu di Pulau Rempang melalui Trans Barelang
Pantai Mirota, di Pulau Galang melalui Trans Barelang
Pulau Abang Besar
Kebun Raya Batam
Dari sebanyak tempat-tempat wisata di atas, kami hanya singgah sebentar di “ikon” Batam, yaitu Jembatan Barelang. Sebagaima diketahui, bahwa jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang sedang berkunjung ke Batam. Selain keindahan alamnya yang menawan, Jembatan Barelang juga dianggap sebagai tempat yang tepat untuk menghabiskan waktu untuk istirahat setelah berbelanja di Nagoya dan pusat belanja lainnya.
c. Tempat-tempat wisata Belanja:
Pertokoan Nagoya
Pertokoan Jodoh
Mega Mall Batam Centre
Batam City Square (BCS) Mall
Nagoya Hill Shopping Mall
Lucky Plaza (Pusat penjualan HP)
My Mart (Pusat penjualan Komputer)
DC Mall
Kepri Mall
Panbil Mall
Plaza Batamindo
Top 100 Tembesi
Top 100 Jodoh
Top 100 Penuin
Perokoan Aviari
Ramayana – Robinson Mall
Plaza AVAVA
Center Point Mall
Memang tak salah bila dikatakan bahwa kota Batam adalah pusat belanja bagi wisatawan, karena memang lengkap tersedia di kota ini. Bagi yang hobby shopping tak salah bila kota ini menjadi tujuan. Biasanya bagi yang suka shopping, meski tak jadi berbelanja mereka akan menyalurkan hobby untuk sekedar “cuci mata”. Dan hal hal tersebut sangat berbeda dengan penulis yang kurang suka shopping. Selain itu capek rasanya kaki dibawa jalan terus. Nah, Begitu juga selama di Batam ini, di mana dari 18 tempat-tempat wisata belanja di atas, penulis hanya sempat ke Nagoya Hill Shopping Mall Hypermart. Itupun hanya singgah sebentar mencari oleh-oleh tambahan, karena sebelumnya penulis telah lebih dahulu belanja oleh-oleh di Malaysia dan Singapura.
Nah, saat Teman-teman yang lain pada asyik belanja, maka penulis sendirian langsung kembali ke hotel setelah mendapatkan oleh-oleh yang dicari. Menurut hemat penulis, dari pada muter-muter belanja lebih baik ke hotel, istirahat dan mengemasi barang bawaan, karena jam 11.30 harus check out dari hotel dan langsung melaju ke Bandar Udara Hang Nadim untuk bertolak kembali ke negeri tercinta “Ranah Minang”.
F. Penutup
Batam merupakan salah satu kota dengan letak yang sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Meski tak banyak tempat yang bisa penulis singgahi di Batam ini, namun untuk kunjungan pertama cukuplah, karena penulis telah pernah datang ke Batam , yaitu sebuah pulau dengan nama yang sama dengan kotanya yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional sehingga menjadikan wilayah ini andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu kota Batam juga merupakan kota terbesar di Kepulauan Riau dan kota terbesar ketiga di wilayah Sumatera setelah Medan . Jadi, beruntunglah rasanya penulis bisa ke sini. Semoga suatu saat penulis berkesempatan untuk kembali ke Batam ini.
Referensi
Tersedia “Kota Batam” https://id.m.wikipedia.org/Diakses Sabtu 16 Januari 2016 Jam 18.39
Tersedia “Mengenal Kota Batam Lebih Dekat:https://abdulbasyidhas.wordpress.com/2015/05/24!Diakses Sabtu 16 Januari 2016 Jam 19.46
Tersedia “Panduan Perjalanan Ke Pulau Batam” http://www.asiarooms.club/Diakses Sabtu 16 Januari 2016 Jam 19.25
Tinggalkan Balasan