Belajar Ekonomi dengan Metode “Paired Story Telling” di SMA Negeri 2 Rambatan
A. Pengantar
Metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang terdapat hubungan kuat dan dinamis antara peserta didik, pendidik, dan bahan pelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang memiliki pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan materi pelajaran adalah metode “Paired Story Telling” (Bercerita Perpasangan). Pernah dengar metode tersebut? Kalau belum, mari kita bahas secara teori dan kemudian kita saksikan bagaimana siswa jelas X1 SMA Negeri 2 Rambatan belajar ekonomi dengan menggunakan metode ini!

Dokumentasi Foto Kegiatan PBM Ekonomi dengan metode “Paired Story Telling” di kelas X1 SMAN 2 Rambatan TP 2015/2016, di mana terlihat masing-masing pasangan sedang membacakan topik bahasan sesuai materi yang ditugaskan, sedang yang lain mendengar dan mencatat kata-kata penting
B. Keunggulan
Menurut Huda (2013:151-152) metode “Paired Story Telling” memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan materi pelajaran (Lie, 2002)
2. Dapat diterapkan untuk pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara
3. Menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara
4. Dapat pula diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, dan bahasa
5. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan-bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain
6. Dalam teknik ini, guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa-siswanya dan membantu mereka mengaktifkan kemampuan dan pengalaman ini agar bahan pelajaran menjadi bermakna
7, Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa akan terdoront untuk terus belajar
8. Memberi banyak kesempatam pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi
9. Dapat diterapkan untuk semua tingkatan kelas
C. Prosedur
Adapun prosedur metode “Paired Story Telling” menurut Huda (2013:152-153) sebagai berikut:
1, Guru membagi bahan/topik menjadi dua bagian
2. Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas pada peetemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang akan mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan “brainstorming” ini dimaksudkan untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru
3. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa siswa tidak perlu memberikan prediksi yang benar-benar tepat. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu
4. Siswa berkelompok secara berpasangan
5. Bagian/subtopik pertams diberiksn kepada siswa 1, sedangkan siswa 1 nya lagi menerima bagian/subtopik yang kedua
6. Siswa diminta membaca dan mendengarkan bagiannya masing-masing
7. Sambil membaca/mendengarkan, siswa diminta mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang terdapat dalam bagian mereka masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan
8. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing
9. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/dudengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya
10. Siswa yang telah membaca/mendegarkan bagian yang pertama berusaha memprediksi dan menulis apa yang teejadi selanjutnya, sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menulis apa yang terjadi sebelumnya
11. Tentu saja, versi karangan masing-masing siswa tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memprediksi (“predicting”) suatu kisah/bacaan. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
12. Kemudian, guru membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-mading siswa. Siswa membaca bagian tersebut,
13. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik pembelajaran pada pertemuan hari itu. Diskusi ini bisa dilakukan antarpasangan atau bersama seluruh siswa
D. Penerapan metode “Paired Story Telling” pada Pembelajaran Ekonomi SMAN 2 Rambatan
Metode ini diterapkan pada pembelajaran ekonomi dengan objek materi KD 1.3 MENGIDENTIFIKASI MASALAH POKOK EKONOMI, YAITU TENTANG APA, BAGAIMANA, DAN UNTUK SIAPA BARANG DIPRODUKSI subjeknya adalah siswa kelas X1 Semester 1 SMAN 2 Rambatan TP 2015/2016, yang berjumlah 24 siswa. Pelaksanaan PBM dengan metode ini dilakukan pada Hari Kamis 20 Agustus 2015 Jam VI-VIII (11.30-14.15 WIB).
Dalam hal ini penulis menngacu pada Huda (2013:152-153), juga dilakukan sedikit modifikasi dan penyempurnaan untuk menutupi kekurangan atau mengatasi hambatan-hambatan metode ini dalam pelaksansanaannya di lapangan.
Langkah-langkah kegiatan PBM sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Pra pendahuluan
b. Apersepsi
c. Motivasi
d. Pemberian kerangka acuan
Pada tahap kerangka acuan ini dijelaskan secara ringkas tentang KD yang akan di bahas, sistem penilaian, KKM, dan metode pembelajaran yang akan digunakan
Posisi Duduk Pertama: Posisi duduk saat kegiatan pendahuluan berlangsung sama seperti posisi duduk belajar pada umumnya, di mana semua siswa duduk menghadap ke depan kelas.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi berpasangan
b. Posisi duduk Kedua: tempat duduk siswa disusun leter U ganda, dengan posisi siswa duduk saling berhadapan antarpasangan
c. Guru membagikan topik bahasan KD 1.3 menjadi 2, yaitu
1) Masalah Ekonomi Klasik
2) Masalah Ekonomi Moderen
d. Guru membagi tugas untuk masing-masing pasangan, siswa 1 masalah ekonomi klasik, siswa 2 masalah pokok ekonomi modern
e. Masing-masing pasangan memulai kegiatan bercerita, di mana siswa pertama membacakan topik bahasan yang ditugaskan padanya (misalnya Masalah Ekonomi Klasik), sedangkan siswa kedua menjadi pendengar dan mencatat kata-kata/hal-hal penting tentang materi yang ia dengar. Selanjutnya siswa ke 2 dari pasangan tersebut yang membacakan topik bahasan yang ditugaskan padanya (misalnya masalah pokok ekonomi modern), sedangkan siswa 1 menjadi pendengar dan mencatat kata-kata/hal-hal penting yang ia dengar dari pasangannya tersebut.

Siswa yang memegang buku sedang membacakan topik masalah ekonomi klasik/modern kepada pasangannya, pasangannya mendengar dan mencatat hal-hal pentin
f. Setelah usai kegiatan membaca tersebur, guru langsung mengumpulkan buku pegangan yang ada pada siswa tadi, tujuannya agar siswa tidak menyalin materi dari buku.
g. Selanjutnya masing-masing siswa dalam pasangannya berdiskusi tentang topik bahasan tadi, kemudian mengembangkan topik bahasan tersebut disertai dengan contoh-contoh (contoh-contoh yang disertakan berbeda dengan contoh yang ada dalam dalam buku pegangan)
h. Selanjutnya tahap, di mana masing-masing pasangan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, agar bisa didengarkan oleh pasangan lain. Saat kegiatan ini, salah seorang siswa dalam pasangan tersebut menyampaikan topik 1, sedang siswa satunya lagi menyampaikan topik 2.

Salah satu pasangan sedang mempresentasikan hasil diskusinya di forum kelas
Kegiatan presentasi di atas juga diselingi dengan tanya jawab oleh pasangan kelompok lain. Selama kegiatan ini berlangsung, maka setiap kali usai hasi penyampaian oleh masing-masing pasangan, juga langsung dikonfirmasi oleh guru benar atau tidaknya penyampaian/jawaban oleh masing-masing pasangan tersebut.

Salah seorang siswa dari satu pasangan sedang memberikan pertanyaan pada pasangan yang sedang presentasi
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup terdiri dari menyimpulkan, evaluasi, guru juga merefleksi dengan meminta tanggapan pada siswa tentang metode pembelajaran hari ini (baik kelebihan/kekurangannya, dll), informasi dan tugas minggu depan, dan menutup PBM
E. Kesimpulan
1. Berdasarkan keaktifan siswa, maka dengan metode pembelajaran ini siswa aktif 100%-, karena dari 24 siswa, ke 24 aktif selama PBM ini berlangsung, baik saat kegiatan bercerita, berdiskusi, dan presentasi
2. Siswa belum bisa mengembangkan tulisan berdasarkan pemikirannya sendiri, mereka hanya mencatat apa yang ia dengar saja, hal ini dibuktikan dari tulisan mereka yang penjelasan dan contoh-contohnya sama persis seperti dibuku.
Daftar Kepustakaan
Huda, M. 2013. Cooperatif Learning Metode.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tinggalkan Balasan