Daftar Tulisan
Arsip Tulisan
Statistik Kunjungan
  • 339886Total Pengunjung:
  • 21Hari ini:
  • 115Kemarin:
  • 0Online:
Buku Tamu
Panel Login

Selamat Datang di www.FitrianyGustariny.com || Website Pribadi Ir. Fitriany Febby Adiana Gustariny, SE, MP, M.Pd.E (Guru SMA Negeri 2 Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)

Catatan 2 Seminar Nasional  Sejarah: Premanisme Di Sumatera Masa Revolusi

A.Pengantar

“Tema yang diambil kali ini juga bagian dari sejarah kita. Bila dilihat di goegle kata-kata  “preman” hampir terdapat 12 juta, tetapi untuk kata “pahlawan” hanya sedikit. Misalnya pada  laman website ada kata-kata  “Republik Preman”, “Satpol PP diserang Preman”, dan yang paling populer adalah “Preman Pensiun”. Selanjutnya yang sangat menarik apabila kita amati kehidupan kita sehari-hari, maka akan sangat banyak kata-kata preman ini kita dengar, seperti “Preman Senayan”, “Preman Istana”, “Polisi Preman”, “Satpol PP Preman” Mungkin yang disebutkan di atas hanya oknum. Tapi tak dapat kita sangkal banyak sekali pemberitaan tentang “preman”. Namun di sisi lain setiap hari perayaan nasional, hari peringatan kemerdekaan Indonesia,  bahwa negara kita adalah negara yang beradab, bangsa yang berbudi luhur, sopan santun, memiliki akhlakul kharimah. Dan demikian juga kita temui di buku-buku sejarah bahwa kita adalah orang yang patriotis, nasionalis yang tinggi, sebagai orang yang bersatu padu menghadapi Belanda, ikhlas, rela berkorban harta dan jiwa, semangat dan iman yang tinggi demi Republik ini”, demikian kata pembuka yang disampaikan oleh  Narasumber Pertama Hari Pertama  “Prof  Gusti Asnan ” (Staf Pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang) kepada para peserta Seminar Nasional  71 Tahun Indonesia Merdeka di Convention Hall Universitas Andalas Padang, Selasa  23 Agustus 2016..

Penyampaian Materi Seminar oleh Prof. Gusti Asnan (Staf Pengajar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) dengan judul " Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi ". (Convention Hall Universitas Andalas Padang, Selasa 23 Agustus 2016)

Penyampaian Materi Seminar oleh Prof. Gusti Asnan (Staf Pengajar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) dengan judul ” Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi “. (Convention Hall Universitas Andalas Padang, Selasa 23 Agustus 2016)


 

B. Isi Seminar

Adapun materi seminar yang disampaikan oleh Prof. Gusti Asnan  berjudul “Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi “.  Hal apa saja yang disampaikan dapat dibaca  pada paparan  di bawah ini.  Namun sebelum masuk pada paparan isi seminar, akan penulis perkenalkan sedikit biodata tentang nara sumber pertama seminar nasional ini sesuai informasi yang disampaikan oleh moderator.  Prof. Gusti Asnan saat ini menjabat sebagai Dekan Fakuktas Ilmu Budaya Univrrsitas Andalas Padang, memperoleh gelar S1 di Uni versitas Andalas, kemudian gelar Magister dan Doktor diperoleh  di Universitas Bremen (Jerman) pada bidang sejarah.

Selanjutnya di bawah ini paparan makalah tentang premanime di Sumatera Zaman Revolusi yang penulis intisarikan dari 2 sumber yaitu, pertama dari hasil rekaman saat Prof.Gusti Asnan presentasi dan kedua dari makalah beliau yang terdapat dalam proseding seminar.

Masa revolusi umumnya dilukiskan dalam berbagai kitab sejarah Indonesia sebagai masa yang penuh dengan perjuangan fisik serta diplomasi.  Masa itu dikukiskan sebagai masa meluap-luapnya semangat patriotisme dan nasionalisme anak bangsa. Berbagai komponen bangsa saat itu dikatakan bersatu-padu menghadapi kaum kolonialis Belanda, atau bahu membahu mengganyang para pengkhianat bangsa yang ingin mengubah bentuk negara. Orang Indonesia saat itu digambarkan berjuang dengan penuh keikhlasan demi mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan. Anak bangsa juga dikatakan rela mengorbankan harta dan jiwa serta raga demi tegaknya republik yang baru merdeka. Masa revolusi juga dituliskan sebagai masa, saat mana perjuangan dilakukan dengan landasan iman dan semangat keagamaan yangvtinggi serta ikatan dan solidaritas soaial yang mantap.

Namun, dari paparan dinatas ada pertanyaan yang menggelitik. Apakah masa revolusi seindah dan seromantis yang diungkapkan dalam banyak buka sejarah? Bukankah anak bangsa yang ikut serta dalam berbagai  kejadian historis saat itu manusia juga?  Mereka memiliki berbagai kekurangan, kelemahan, nafsu dan birahi. Sayangnya, sisi manusiawi (atau kecenderungan melakukan penyimpangan) dari aktor sejarah pada masa revolusi nyaris tidak terungkap,

Sumatera ternyata sebuah daerah, di mana berbagai aktor sejarahnya, di samping berjuang membela bangsa dan negara, juga melakukan berbagai penyimpangan atau kejahatan di masa revolusi. Tidak banyak karya yang memaparkan adanya hal tersebut, namun menurut Prof Gusti Asnan bahwa ada salah satu karya yang menungkapkan berbagai pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan anak bangsa di Sumatera pada masa revolusi. Karya ini berupa buku yang berjudul “Tjatatan Perdjalanan di Sumatera (1947)”  yang ditulis oleh Muh.Radjab. Buku Tjatatan Perdjalanan di Sumatera (1947)  (selalnjutnya buku ini disingkat TdS) . Buku ini terbit tahun 1949 dan diterbitkan di Jakarta oleh Penerbit Balai Pustaka. Karya ini adalah laporan perjalanan yang dilakukan oleh Muh.Rajdab mulai tanggal 14 Juni 1947 hingga Februari 1948.  Buku ini ditulis dan diterbitkan sebagai “pertanggungjawaban” Muh. Radjab kepada Kementerian Penerangan RI yang mengirimkannya ke Sumatera untuk melihat dan kemudian melaporkan keadaan dan perkembangan di pulau tersebut sejak Indonesia merdeka. Dan buku inilah yang menjadi rujukan utama Prof Gusti Asnan dalam makalah yang disampaikan pada seminar nasional ini.

Menurut Prof Gusti Asnan bahwa sesuai dengan judul buku TdS karya Muh.Radjab ini bahwa sebahagian besar buku TdS ini berisikan apa yang dilihat, didengar, dan dialami Muh.Rajdab selama di Sumatera. Di samping itu laporan perjalanan ini juga diperkaya dengan tafsiran atau pandangan Muh.Rajdab terhadap apa yang dilihat, didengar atau dialaminya, serta juga ada pendapat penulis lain. Namun, perlu juga dikemukakan bahwa Sumatera yang dimaksud oleh Muh.Radjab hanya terbatas pada daerah-daerah  (Kresidenan) Sumatera Timur, Aceh, Tapanuli, Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Terbatasnya daerah yang dikunjungi dan diceritakan oleh Muh. Radjab karena tidak mungkinnya dia melanjutkan perjalanannya ke seluruh Sumatera, karena terjadinya Agresi Militer Belanda I (21 Juli s.d 15 Agustus 1947).

Dalam  makalah yang disampaikan oleh Prof Gusti Asnan ini bahwa yang dimaksud dengan premanisme adalah aksi atau tindakan yang dilakukan oleh orang jahat seperti penidong, perampok, pemeras, pemalak, menggertak, mengancam, kekerasan verbal, dsb. Dan sesuai dengan konteks pembahasan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Muh.Radjab dalam bukunya, maka para pelaku aksi itu antara lain terdiri dari orang-orang partai politik, lasykar rakyat (barisan-barisan), tentara, polisi, dan anggota-anggota kelompok etnis yang dominan (secara sosial dan ekonomi serta politik) di daerah lain di daerah etnisnya.

Aksi premanisme itu dilakukan kepada siapa saja, mulai pemilik warung kopi yang berdagang dengan modal cekak, saudagar keliling, pedagang “babelok”  yang mondar mandir ke luar negeri, perusahaan, perkebunan, dan pertambangan milik negara, bahkan juga rakyat jelata.

Selanjutnya Prof. Gusti memaparkan bahwa aksi premanisme dilakukan di mana saja, hampir di semua daerah di Sumatera (yang dikunjungi Muh.Radjab). Namun, jumlah yang banyak dan kualitas yang hebat (atau yang sangat mengesankan) terjadi di daerah yang kaya. Kaya dalam artian memiliki sumber uang atau potensi ekonomi yang banyak, serta terletak pada posisi yang strategis dalam lalu lintas orang dan barang.  Di samping itu. Muh. Radjab juga menyebutkan daerah dengan tingkat aksi premanisme yang tinggi tersebut memiliki penduduk ysng beragam latar belakang etnis, sosial, ekonomi, politik, dan agama. Karena itu Sumatera Timur, Jambi, dan Riau adalah tiga daerah yang  dijadikan contoh oleh Muh. Radjab, sebagai daerah dengan aksi premanisme yang paling menonjol.

Aksi premanisme yang dipaparkan dalam makalah Prof. Gusti Asnan berdasarkan buku TdS  ini seperti:

1) Pemerasan, pemalakan, atau membeli tidak mau membayar umumnya terjadi di warung-warung kopi atau warung nasi. Aksi ini sering pula disertai ancaman, bahkan dengan mendorongkan senjata dilakukan oleh pahlawan garis belakang.

2)  Meminta “uang rokok”. Aksi ini umumnya dilakukan di jalan raya oleh pejuang garis belakang kepada setiap pengguna jalan yang menaiki kendaraan. Dimana aksi ini nyaris oleh semua lasykar atau barisan rakyat, termasuk juga pihak tentara dan polisi di pos-pos yang mereka dirikan yang menjadi daerah “kekuasaan” mereka,

3) Menggorogoti harta atau kekayaan negara, di mana aksi ini dilakukan oleh partai politik dan lasyakar, sedangkan keuntungannya paling banyak dinikmati oleh segelintir elit politik atau pemimpin lasykar tersebut.

Selanjutnya dalam makalahnya Prof Gusti Asnan menyatakan bahwa dari lima keresidenan yang dikunjungi Muh.Rajdab, ternyata aksi premanisme yang paling banyak terjadi di Sumatera Timur. Di daerah itu, aksi tersebut dilakukan oleh hampir semua komponen “pejuang”, namun yang paling kentara adalah anggota lasykar dan pejuang barisan. Adanya aksi kelompok-kelompok pemuda preman di Medan dan sekitarnya dewasa ini, ada hubungannya dengan pengalaman di revolusi ini,  Para pelaku aksi premanisme di Sumatera Timur  masa revolusi tersebut berasal dari para pemuda yang hanya memiliki modal keberanian, kebengisan, kebrutalan, serta kenekatan yang luar biasa menghadapi Belanda atau kaki tangan Belanda. Umumnya mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan (bahkan tidak memiliki pendidikan dasar) yang memadai. Mereka berasal dari berbagai kelompok sosial xengan berbagai latar belakang etnik atau subetnik yang antara satu dengan lainnya memikiki prasangka kelompok atau semangat “provinsialisme” yang tinggi.

Aksi-aksi premanisme juga terjadi di daerah-daerah, di mana pengaruh suatu kelompok etnis pendatang cukup kuat dibandingkan dengan posisi penduduk atau warga setemoat. Hal ini misalnya sangat terlihat di daerah Jambi dan Riau. Aksi premanisme di daerah-daerah itu umumnywcdilakukan oleh orang Minangkabau yang saat itu secara sosial dan politik memanh lebih unggul dari warga setempat.

Aksi-aksi premanisme mampu melahirkan OKB (Orang Kaya Baru) terutama muncul di Sumatera Timur dan Sumatera Barat). Sebahagian dari mereka mampu mempertahankan status sosial dan kejayaan ekonomi hingga dekade setelah pengakuan kedaulatan. Mereka tidak saja mampu bertahan dalam sisial dan ekonomi, tetapi juga dalam karur militer dan birokrat. Beberapa dari mereka bahkan menjadi perwira yang mampu memegang kendali komando militer, pejabat kepolisian di daerah atau pusat, hingga era Angkatan 45.

Berlanjutnya keberadaan sebahagian pelaku premanisme ini dalam kehidupan masyarakat dan daerah dan pemerintahan serta TNI dan polisi diduga memiliki kontribusi tetap berlanjutnya aksi premanisme di kalangan lembaga negara itu khususnya dan di tengah masyarakat. Sumatera atau Indonesia pada umumnya.

 

D. Tanya Jawab

Judul makalah Prof. Gusti Asnan tentang Premanisme di Sumatera zaman revolusi ini memang sangat berani, serta mengundang pertanyaan dari para peserta seminar, seperti:

 

Penanya 1

Apakah ada kontribusi  sisi gelap (sisi buruk/jelek)  dari perilaku-perilaku premanisme di Sumatera zaman revolusi  tersebut terhadap perjuangan revolusi. Meski perilaku tersebut buruk, tapi tidakkah perilaku tersebut justru berkontribusi terhadap revolusi. Sebab sebagai contoh perjuangan  di Jawa Timur bahwa  sikap “bringas” itu memang sengaja ditimbulkan,  sebab dengan sikap tersebut yang membawa mereka berjuang dengan motto “berani mati”

 

Penanya  2

Apa alasan Bapak Prof Gusti Asnan mengambil tema  “Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi ” pada seminar nasional tahun ini, dan apa manfaat dan makna yang tersirat di dalamnnya.

 

Penanya 3

Sebelum melontarkan pertanyaannya, penanya 3 memberikan komentar bernada gurauan sehingga membuat ruang seminar pecah dengan tawa, khususnya tentang kata  “preman”. Di mana bisa jadi nanti Prof Gusti Asnan akan terkenal  dengan julukan “sejarawan preman”, atau kalau tentang pers akan ada pula istilah “Jaringan Kebangsaan Antar Preman.

Adapun pertanyaan dari Penanya 3 adalah:

Perspektif  premanisme yang terjadi pada masa lalu tidak seperti sekarang. Sebab para pejuang dahulu memang adalah para preman. Kalau tidak preman, mereka tidak akan  berjuang, tentu mereka cuma tidur-tidur saja di rumah. Memang mereka para pejuang dahulu adalah perampok, pencuri. Contoh mobil Dinas pertama Soekarno itu adalah hasil curian. Jadi, ternyata  preman dulu memang preman yang memiliki jiwa kebangsaan yang luar biasa. Jadi pertanyaan:

1. “Apa sih” yang ada dalam preman itu sehingga timbul jiwa kebangsaaan pada diri mereka.

2. Apa yang menyebabkan adanya jaringan yang menyatu antar preman di Sumatera, misalnya jaringan yang menyatu antar preman Sumatera Barat dan preman Sumatera Timur/Utara, dsb.

 

Penanya 4

Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Prof, Gusti Asnan bahwa hampir semua pejuang adalah preman. Berdasarkan buku yang dibaca oleh penanya 4 bahwa pada umumnya pejuang-pejuang adalah lulusan santri. atau pesantren, sedangkan dalam makalahnya  mengapa Prof. Gusti Asnan menyampaikan hal yang berbeda.

 

Penanya 5

Untuk  makalah  “premanisme” tidak ads pertanyaan, hanya ulasan saja. Di mana menurut penanya 5 bahwa kehidupan preman memang terkait dengan pejuang. Misalnya modal  BI itu uangnya berasal dari preman, yaitu uang dari candu. Menurut penanya 5 bahwa kadang-kadang preman itu perlu juga “dipelihara”, karena dalam perjuangan memang diperlukan preman. Seperti merampok dan mencuri mobil tentara Belanda itu dilakukan oleh para preman. Kalau bukan preman mana berani mereka mencuri atau merampok.

Selanjutnya ada saran dari penanya 5 bahwa agar perlu tindak lanjut dari hasil seminar, di mana jadikan hasil seminar menjadi keputusan dan tindakan, tidak hanya sekedar kegiatan sereminial belaka.

 
Jawaban nara sumber:

Selama ini ada “sesuatu” di masa lampau yang tidak diungkapkan dalam sejarah, dan hal itu mengapa tidak diungkapkan, dah hal tersebut terjadi dan berpengaruh pada revolusi.  Menurut beliau  banyak buku-buku yang  membahas , tapi  ia baru memulai membahas dari yang kecil ini, buku Muh.Radjab. Selanjutnya tentang sumber-sumber buku yang menyatakan bahwa para pejuang lulusan santri atau pesantren, dan para pejuang adalah orang alim,  shalih memang ya. Tapi dalam makalah ini beliau tidak nembahas tentang itu, tapi khsusus membahas tentang preman. Dan beliaupun juga jujur mengatakan bahwa ia hanya menggunakan satu sumber buku TdS karya Muh.Radjab saja.

D. Penutup

“Sejauh mana kebenaran asumsi dari hal yang telah disebutkan pada makalah Prof Gusti Asnan tentang premanisme di Sumatera pada zaman revolusui berdasarkan buku karya Muh.Radjab ini  perlu penelitian lebih lanjut”, demikian kata penutup yang disampaikan oleh Prof Gusti Asnan tentang  makalahnya yang berjudul” Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi ” ini.

 

Refetensi

Proseding Seminar Nasional 71 Tahun Indonesia Merdeka. 2016. Jaringan Kebangsaan Antar-Nusa. Padang: Labor Sejarah Univrrsitas Andalas.

Hasil rekaman presentasi makalah seminar oleh Prof.Gusti Asnan dengan judul “Preman Di Sana, Preman Di Sini: Premanisme Di Sumatera  Masa Revolusi ” Selasa 23 Agustus 2016.

FacebookTwitterGoogle+Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Tulisan Terkini
Buku Pegangan Siswa
Diktat Ekonomi SMA/MA

Bagaimana menurut pendapat Anda tentang website Fitriany Gustariny ini?

Lihat Hasil Jajak Pendapat

Loading ... Loading ...

Laporan Karya Inovatif
Berita Lainnya
LITERASI "MENGENAL RUMAH ADAT NAGARI BALIMBING (9): RUMAH BENDANG DT.
Rumah Adat Dt.Guguak Simabua Balimbing
Rumah Adat Dt.Guguak Simabua Balimbing
Rumah Adat Dt.Guguak Simabua Balimbing Rumah Adat Suku Simabua Gug
Rumah Adat Dt.Bagindo Basa Kinawai Nagari Balimbing
Rumah Adat Dt.Bagindo Basa Kinawai Nagari Balimbing
Rumah Adat Dt.Bagindo Basa Kinawai Nagari Balimbing Ini satu lagi
Rumah Adat Dt.Rajo Mangkuto Balimbing
Rumah Adat Dt.Rajo Mangkuto Balimbing
Rumah Adat Dt.Rajo Mangkuto Balimbing Rumah adat adalah bangunan y
Rumah Adat Dt.Cumano Kinawai Nagari Balimbing
Rumah Adat Dt.Cumano Kinawai Nagari Balimbing
Rumah Adat Dt.Cumano Kinawai Nagari Balimbing Sudah pernahkan Anda

Temukan Kami di Facebook

Pencarian

       

.

Galeri Foto
Klik Slideshow di bawah untuk
melihat Galeri Foto secara lengkap
20150203_121026-1.jpg
20150203_121051-1.jpg
IMG_39759949695819.jpeg
20131120_110407-1.jpg
20131120_110424-1.jpg
20131219_140230.jpg
Cerita Bergambar
Kalender
April 2024
S M T W T F S
31 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 1 2 3 4
Channel Youtube